Mohon tunggu...
Ignatius Fajar Santoso
Ignatius Fajar Santoso Mohon Tunggu... -

Alumni Universitas Multimedia Nusantara

Selanjutnya

Tutup

Politik

Surat untuk Mantan

3 Februari 2017   00:17 Diperbarui: 3 Februari 2017   02:09 649
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dear, Bapak Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)

Melihat konferensi pers Bapak kemarin, saya menjadi yakin bahwa Bapak tidak memilih untuk menjadi seorang mantan yang baik di usia Bapak yang  terbilang senja. Mengapa Bapak begitu ambisius untuk diperhatikan masyarakat satu Indonesia? Saya salah satu yang tidak bisa tidak mendengar celotehan Bapak kemarin.

Dari isi celotehan Bapak, terlihat sekali Bapak ingin diperhatikan. Ibarat mantan yang selalu cari muka ketika sang pujaan hati beralih ke lain hati. Memang cara yang paling ampuh adalah merasa dikasihani dan kemudian berharap sang pujaan hati menengok ke arah Bapak dan bilang, “iya, aku masih sayang sama kamu”.

Tapi pak, apa yang sudah Bapak lakukan sudah menciderai hubungan kita Pak. Dalam 10 tahun kepemimpinan Bapak, saya tidak merasakan sesuatu yang “wow”, seperti orang jatuh cinta yang punya feel tanpa bisa dijelaskan dengan kata. Sekarang saya sadar Pak, apa yang Bapak lakukan itu bukan cinta, tapi investasi. Secara sistematis Bapak membangun dinasi dengan mengorbankan kepercayaan saya yang kelak akan mendulang pundi-pundi keuntungan Bapak. 34 proyek mangkrak, bebasnya Antasari, dan kasus-kasus lain semakin menguatkan persepsi saya bahwa selama dua periode, Bapak menjalani tidak dengan hati.

Ketika hubungan kita sudah usai, saya jadi tahu karakter Bapak, entah dari kawan atau dari pengamatan. Dengan Bapak berceloteh justru membuka mata saya ternyata selama ini Bapak memang mantan yang layak untuk diputus. Sekarang Bapak mengemis-ngemis perhatian, mulai dari mencalonkan anak Bapak agar saya pilih sampai mengadakan konferensi pers dua kali dalam tiga bulan terakhir.

Pada konferensi pers kemarin, Bapak membangun citra seakan-akan Bapak disadap, padahal pihak yang berkaitan tidak mengatakan menyadap Bapak. Kok Bapak baperan banget sih? Alih-alih fokus pada persidangan Ahok, omongan Bapak justru ngalor-ngidul. Dalam dua konferensi pers Bapak nama Pak Jokowi selalu diseret-seret.

Sebelumnya Bapak menggiring fenomena Arab Spings, kedua Bapak membawa skandal Watergate untuk memojokkan pemerintahan Pak Jokowi. Sangat jelas sekali kalau sasaran utama Bapak sebenarnya adalah Istana. Kalo gak terima cinta saya jatuh ke Pak Jokowi jangan gini dong Pak, Bapak kan sudah jadi mantan!!

Dalam tempo belakangan ini semakin jelas seberapa besar kapasitas Bapak sebagai politikus (bukan politisi).  Sebagai mantan, baiknya Bapak memadamkan situasi bergejolak tapi yang Bapak tunjukkan adalah melemparkan bola panas kesana kemari. Sebagai seorang yang sudah membaca gerak-gerik Bapak (bukan menyadap lho Pak), saya kira semua orang tahu bahwa kedua konferensi pers Bapak punya muatan pilkada DKI. Akhir kata, Terima kasih Pak sudah mengorbankan anaknya yang sulung untuk menunjukkan wajah asli Bapak dan keluarga. Salam.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun