Ibaratnya, pembuatan ekoenzim ini sama dengan pembuatan minuman yang sedang hits saat ini, yaitu bubble tea alias boba. Dimana ekoenzim memerlukan perbandingan yang pas antara limbah, air, dan gula, minuman boba pun memerlukan perbandingan yang jelas antara susu/teh, air, dan juga boba (tepung tapioka). Tentu apabila segelas minuman boba dicampurkan dengan air yang berlebih akan menjadi tidak manis, dan apabila kekurangan air juga tidak akan enak saat diminum. Sama halnya dengan ekoenzim, efektivitas terhadap penyuburan tanaman akan bergantung terhadap seberapa akuratnya pencampuran komponen dengan perbandingan 3:1:10 itu. Apabila satu komponen berlebih, maka tidak akan sesuai dengan harapan.
Kontra
Namun kenyataannya, meskipun proses pembuatan dari ekoenzim sangatlah mudah untuk dilakukan secara mandiri di rumah, tak banyak yang tertarik untuk membuatnya. Dikarenakan faktor waktu yang diperlukan dalam pembuatan ekoenzim yang bersifat lama; yaitu sekitar 6 bulan, banyak orang menjadi malas untuk membuatnya. Ditambah lagi, belum banyak penelitian pula yang mendukung bahwa memang ekoenzim ini bersifat lebih efektif dibandingkan dengan alternatif yang sudah ada di pasaran seperti EM4, POC, dll. Ini memang merupakan resiko bagi inovasi baru. Sesungguhnya, ekoenzim sendiri dapat tergolong sebagai penemuan yang baru bagi para ilmuwan, sehingga paparan faktual mengenai hal tersebut pun belum terlalu bersifat menyeluruh.
Akhir Kata
Memang nyatanya perbandingan efektivitas dari ekoenzim dan pendorong pertumbuhan tanaman lainnya belum begitu jelas di mata masyarakat. Namun dari itu, satu hal yang sudah terbukti adalah bahwa ekoenzim akan menyuburkan tanaman apabila dibuat dengan perbandingan yang tepat. Meskipun pembuatannya yang bersifat lama dikarenakan memerlukan waktu berbulan-bulan, hasil dan dampaknya terhadap lingkungan sekitar bersifat sebanding. Karena tentu saja, dengan usaha maksimal yang dapat kita kerahkan, secara otomatis kita akan berkontribusi dalam upaya menjaga lingkungan, dan menghemat biaya pula. Ekoenzim menjadi suatu hal yang masih memiliki ruang yang tak terbatas dalam hal perkembangan dan risetnya. Menjadi sebuah poin plus apabila masyarakat dapat memanfaatkan ilmu pengetahuan yang telah terbukti tersebut demi manfaat lingkungan maupun terhadap diri sendiri. Maka tidak heran kalau di masa depan ekoenzim akan menjadi pilihan yang lebih baik, atau setidaknya menjadi pertimbangan lebih bagi masyarakat untuk digunakan sebagai pendorong pertumbuhan tanaman yang ramah lingkungan.
Editor: ETT/11
Daftar Pustaka
Novianto. 2022. (italic) Response Of Liquid Organic Fertilizer Eco Enzyme (Ee) On Growth And Production Of Shallot(Allium ascalonicum. L). Sumatera Selatan : Jurnal Agronomi Tanaman Tropika. https://ejournal.uniks.ac.id/index.php/JUATIKA/article/view/1782/1439.
Janius, Erick dkk. 2022. PENGARUH ECO ENZYME DARI KULIT JERUK PONTIANAK (Citrus nobilis var. microcarpa) SEBAGAI PUPUK ORGANIK CAIR TERHADAP PERTAMBAHAN TINGGI TUMBUHAN CABAI RAWIT (Capsicum frutescens). Jakarta : SMA Kolese Kanisius https://drive.google.com/file/d/1oQGWB5HHUQwiAHot6RpzlaSJFvKaO_xh/view.
Tani Link. 2022. “Apa Sih Bedanya EM4, MOL, Eco Enzyme, dan POC?”. Jakarta: Tanilink. https://tanilink.com/bacaberita/362/apa-sih-bedanya-em4-mol-eco-enyme-dan-poc/
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H