Penulis : Ignatius Bryan Chai XIIA3/16
Editor: ETT/11
Apakah anda menginginkan tanaman yang anda tanam di rumah subur dan menghasilkan buah sesuai dengan ekspektasi anda? Tentu saja ini adalah sebuah pertanyaan yang amat retorik, karena semua orang menginginkannya. Berbagai pendorong pertumbuhan tanaman di pasaran telah menjadi solusi bagi masyarakat awam maupun pegiat agrikultur layaknya petani. EM4, POC, dan MOL merupakan beberapa contoh dari bahan kimia yang digunakan untuk merangsang tanaman tercinta kita. Sayangnya, untuk menyuburkan dengan alternatif tersebut memerlukan modal tambahan sebagai bentuk investasi, sehingga tanaman pun menjadi sehat dan sesuai ekspektasi. Namun tahukah anda bahwa ada bahan alternatif sejenis yang tidak menguras dompet kita dan bahkan lebih ramah lingkungan? Yuk simak!
Alternatif yang dimaksud adalah ekoenzim. Tentu istilah tersebut pernah terlintas di pikiran kita saat membaca beberapa artikel, karena memang hal ini sangat terkenal dengan biayanya yang rendah dan juga sifatnya yang ramah lingkungan. Ekoenzim sendiri dapat didefinisikan sebagai hasil olahan limbah organik dalam bentuk cairan yang dapat digunakan sebagai pupuk organik / POC. Maka, fungsi dari ekoenzim ini tidak jauh dengan pendorong tumbuhan POC itu, hanya saja lebih organik, hemat, dan ramah lingkungan.
Alasan untuk Memulai
Mengapa ramah lingkungan? Pada bangku sekolah dasar kita pernah diajarkan mengenai jenis-jenis sampah seperti organik dan anorganik. Dilansir dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), sampah organik di Indonesia pada tahun 2017 mencapai persentase sebesar 60% dari total sampah yang dihasilkan masyarakat. Ini membuktikan bahwa sampah organik yang dihasilkan oleh rakyat Indonesia sangatlah besar. Dengan fakta bahwa ekoenzim sendiri memiliki bahan dasar limbah/ sampah organik, kita dapat mendaur ulang sampah organik yang kita hasilkan setiap harinya menjadi sesuatu yang lebih berguna pula.
Mengapa hemat? Tentu secara harfiahnya pembuatannya sangat sederhana sehingga tidak memerlukan banyak modal. Dapat dikatakan semua orang bisa membuatnya dengan mudah di rumah masing-masing. Sekali lagi karena bahan dasar ekoenzim sendiri secara harfiahnya merupakan limbah yang kita hasilkan setiap hari, maka tentunya kita tidak memerlukan modal tambahan untuk mengumpulkan bahan. Bahkan dalam proses pembuatan, tidak ada campur tangan dari alat-alat ataupun mesin yang canggih nan rumit. Tentu tidak ada lagi alasan untuk tidak memulainya sekarang, bukan? Mari simak cara pembuatannya!
Cara untuk Memulai
Secara sederhana, langkah awal yang harus dilakukan adalah untuk mengumpulkan limbah organik seperti buah dan sayuran, dimana limbah ini akan dicampur dengan gula (molase) dan air dengan perbandingan komposisi tertentu. Di sini gula berperan dalam fermentasi limbah organik sehingga dapat menjadi ekoenzim. Perlu diketahui, tempat pencampuran pun bersifat bebas, sehingga dapat menggunakan media kontainer apa saja yang dapat menampung ketiga komponen utama ekoenzim ini sendiri. Setelah ketiga komponen siap, maka pencampuran dapat dilakukan dengan perbandingan komposisi limbah organik, gula, dan air secara berurutan 3 : 1 : 10. Dalam artian, pencocokkan satuan dapat dilakukan, sehingga pembuatan ekoenzim dapat dilakukan dengan satuan apapun, mulai dari yang sederhana.Â
Contohnya, apabila kita menggunakan satuan gelas, maka yang harus dicampurkan adalah sebanyak 3 gelas limbah organik, 1 gelas gula, dan 10 gelas air. Tentu saja ini semua dilakukan menggunakan satu jenis gelas yang sama, agar pengukuran pun sama. Setelah itu, kita hanya perlu menunggu selama 3-6 bulan sebelum akhirnya disemprotkan secara berkala ke tanaman. Sangat mudah bukan?