Mohon tunggu...
Ignatius Seto
Ignatius Seto Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Ignatius Seto

Seminaris

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Formatio Calon Imam Masa Kini

6 April 2022   08:16 Diperbarui: 6 April 2022   08:21 457
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mencoba mengenal persiapan calon imam Gereja

Seminari Mertoyudan merupakan salah satu dari sekian banyaknya seminari di Indonesia. Seminari sendiri merupakan tempat untuk berprosesnya para remaja atau kaum muda yang terpanggil menjadi Imam gereja. Seminari mertoyudan merupakan seminari tertua di Indonesia yang berdiri sejak tahun 1912-sekarang, berarti usianya sudah mencapai 110 tahun. 

Di sini para remaja atau kaum muda yang terpanggil akan menjalani formatio sebagai persiapan untuk menjadi calon imam di masa yang akan datang. Terlihat dari sebutannya "formatio" yang berarti bentuk, itu berarti para kaum muda tadi akan dibentuk menjadi pribadi-pribadi yang siap untuk menjalani tugas sebagai pelayan Tuhan atau yang sering disebut Romo/Pastor. Para remaja atau kaum muda yang sudah masuk seminari biasanya mendapat sebutan 'seminaris'. 

Di Seminari Mertoyudan ada 2 tingkatan pendaftaran, yang pertama siswa yang lulus dari SMP bisa mendaftar ke KPP (kelas persiapan pertama), bisa dibilang setara dengan SMA, cuma bedanya kalau SMA biasa hanya 3 tahun sedangkan di Seminari Mertoyudan siswa akan menempuh pendidikan selama 4 Tahun. kalau yang kedua siswa yang lulus dari SMA bisa mendaftar ke KPA (kelas persiapan atas), hanya setahun saja proses pendidikannya.

Seminari Mertoyudan sendiri mempunyai banyak cara untuk membentuk kepribadian seseorang yang siap menjadi calon imam masa depan. Di sini sangat menjunjung tinggi nilai 3S (Sanitas, Sanctitas, Scientia). 'Sanitas' untuk mengolah jasmani, ada kegiatan seperti olah raga dan opera (bersih-bersih lingkungan sekitar). 

'Sanctitas' untuk mengolah kerohanian, ada kegiatan seperti bacaan rohani, jalan salib, dan perayaan Ekaristi setiap hari. 'Scientia' untuk mengolah kemampuan akademis/pengetahuan, ada kegiatan persekolahan dan literasi. 

Semua habitus itu selalu dipertahankan dan diajarkan kepada setiap seminaris dengan harapan setiap seminaris mampu menghayati nilai 3S dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun