14 Oktober 2016, terjadi sebuah "unjuk rasa" yang dilakukan di sekitaran Jakarta Pusat. Aksi tersebut dilakukan oleh Front Pembela Islam (FPI) terhadap Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok). Mereka melakukan aksi tersebut atas dasar penistaan agama Islam yang diduga dilakukan oleh Ahok terhadap Surat Al-Maidah Ayat 51. Aksi demonstrasi ini seakan - akan mengusung sebuah pemikiran yang mungkin sangat mendasar, tetapi penting.Â
Apakah masih ada diversifikasi antar kepercayaan didalam lingkup wilayah DKI Jakarta?Â
Seperti yang kita tahu, Ahok menganut kepercayaan Kristen Protestan, dan mayoritas masyarakat DKI Jakarta menganut kepercayaan Islam. Dengan adanya FPI, kedudukan sebagian besar masyarakat DKI Jakarta makin berada diatas angin. Sudah sejak lama DKI Jakarta dipimpin oleh seorang berkepercayaan muslim, sebelum naiknya Ahok menggantikan Joko Widodo (Jokowi), dan oleh karena itulah masyarakat DKI Jakarta seakan - akan percaya kalau Provinsinya akan berjalan dengan baik apabila dipimpin oleh seorang yang berkepercayaan muslim. Akan tetapi, Ahok juga memiliki integritas yang tinggi, dan bisa dibilang lebih tinggi dibandingkan pendahulunya. Cara Ahok mengendalikan DKI Jakarta yang tegas membuat banyak masyarakatnya memuji dia, namun tidak sedikit juga yang tidak menyukai cara penyampaian pendapat seorang Ahok.Â
Banyak pihak yang tidak segan untuk menyampaikan rasa ketidaksukaannya kepada Ahok, termasuk pihak dari berbagai ormas yang mengatasnamakan agama Islam. Mereka rela melakukan apa saja agar Ahok tidak mencalonkan diri menjadi Gubernur untuk periode 2017-2022. Segala macam aksi demonstrasi, pencemaran nama baik, dan "cyber-bullying" mereka lakukan demi menjatuhkan nama Ahok, tetapi dia tetap menganggap santai semua tuduhan itu karena beliau tahu ia tak bersalah. Sampai pada akhirnya terjadilah demonstrasi besar-besaran yang hampir melumpuhkan Jakarta Pusat kemarin. Untuk menghadapi aksi tersebut, Ahok telah meminta maaf kepada seluruh masyarakat DKI Jakarta, namun tetap saja permintaan maaf itu tidak diterima begitu saja oleh FPI. Mereka menuntut agar Ahok dipenjara dan mengundurkan diri dari Pilkada DKI Jakarta 2017 nanti.Â
Dari kasus diatas sudah terlihat jelas, kredibilitas Ahok sebagai DKI-1 masih kurang dihargai oleh seluruh masyarakatnya. Mereka masih menganggap bahwa orang yang bukan berkepercayaan muslim kurang pantas memimpin DKI Jakarta, bahkan tidak pantas. Terlihat jelas juga bahwa diversifikasi didalam masyarakat DKI Jakarta masih sangat kurang, yang diperlihatkan dengan belum bisa diterimanya orang yang menganut kepercayaan lain memimpin DKI Jakarta. Masih menomorsatukan sebuah kepercayaan didalam negara yang (katanya) demokratis ini adalah sebuah tanda bahwa masyarakat DKI Jakarta belum bisa menghargai perbedaan, terutama kaum menengah ke bawah. Saya sebagai warga luar DKI Jakarta terus terang sangat prihatin karena saya tergerak untuk melakukan sebuah perubahan didalam DKI Jakarta, tetapi saya merasa tidak berhak.Â
Sekali lagi pertanyaan tersebut saya lontarkan :Â
Apakah masih ada diversifikasi antar kepercayaan didalam lingkup wilayah DKI Jakarta?Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H