Mohon tunggu...
Aryono Putranto
Aryono Putranto Mohon Tunggu... Dosen - Seorang pembelajar yang tinggal di kota pelajar

(semoga) menjadi penulis yang kritis

Selanjutnya

Tutup

Balap

Tersenyumlah dari Atas, Sic

2 Oktober 2019   14:15 Diperbarui: 2 Oktober 2019   14:21 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Balap. Sumber ilustrasi: PEXELS/Pedro Sandrini

Ditulis oleh:

Ignatius Aryono Putranto

Dosen Fakultas Ekonomi, Program Studi Akuntansi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Email: aryono_16@yahoo.com

Motor berwarna livery putih berpadu dengan warna merah, berjuang dan berduel ketat menjelang garis finis. Aksi yang sungguh mendebarkan bagi siapapun karena jarak yang begitu dekat. Akhirnya, bendera finis dikibarkan dan motor bernomor 24 pun mampu menjadi raja di 'rumah sendiri'. 'Rumah' dan kemenangan yang selalu menjadi kenangan termasuk bagi Paolo Simoncelli.

Merasa tidak asing dengan nama belakang tersebut? Ya, Paolo Simoncelli adalah ayah dari mendiang Marco Simoncelli. Pebalap berbakat di kelas motoGP yang harus meregang nyawa di sirkuit Sepang Malaysia, pada bulan Oktober tahun 2011. Tepat delapan tahun lalu. Saat itu memang dunia harus kehilangan salah satu talenta muda yang digadang-gadang dapat menjadi ancaman bagi siapapun yang ingin bersaing menjadi juara dunia di kelas para raja. 

Super Sic, julukannya, tidak hanya dibekali motor yang mumpuni, tetapi juga memiliki daya juang yang tangguh di setiap balapan yang ia jalani. Gaya berkendara yang unik (nekat), meskipun harus mendapat berbagai kecaman dari para pesaingnya. Setelah kepergiannya, sang ayah tercinta, Paolo Simoncelli membentuk sebuah tim balap yang diber nama Sic58 Squadra Corse. Dia ingin menjadi fasilitator bagi pebalap-pebalap muda yang punya talenta dan semangat seperti mendiang anaknya.

15 September 2019, di Sirkuit Misano, yang juga memiliki nama resmi, Misano World Circuit Marco Simoncelli, menjadi hal yang tak terlupa bagi Paolo. Salah satu anak didiknya, Tatsuki Suzuki, mampu menjuarai seri tersebut, dengan penuh perjuangan setelah melakoni duel sengit dengan beberapa pebalap lainnya. Tentu sangat tidak mudah membayangkan perasaan Paolo saat itu. 

Dia harus merayakan kemenangan tim yang diasuhnya sembari memutar kenangan terhadap mendiang anaknya dan juga sirkuit yang menyandang nama anak yang dibanggakannya tersebut. Banyak rasa yang membuncah tentunya dalam diri Paolo. Dia juga ingin menyampaikan kepada dunia bahwa proyek yang dia miliki dengan tim ini bukanlah hanya sekedar sebagai bentuk pengenangan terhadap Super Sic, tetapi juga sebagai bukti bahwa dia serius dalam mengembangkan talenta-talenta muda.

Tatsuki Suzuki, pebalap bertalenta dari negeri yang telah menghasilkan banyak pebalap kelas dunia seperti Tetsuya Harada, mendiang Norifumi Abe, Tadayuki Okada, keluarga Aoki, mendiang Daijiro Kato, dan masih banyak lagi. Suzuki juga pasti merasakan hal yang sama seperti yang dirasakan Paolo. Start terdepan dan kemenangan perdana mampu dia raih di Sirkuit Marco Simoncelli. Suzuki sudah membuktikan ucapannya ketika dia bergabung dengan tim Sic58 Squadra Corse. Mengutip dari laman www.visordown.com, Suzuki pernah berujar di akun media sosialnya pada tahun 2017:

"Dear Mr Marco Simoncelli.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Balap Selengkapnya
Lihat Balap Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun