Seorang pria berkacamata duduk di tepi lapangan. Tak sabar menanti ditiupnya peluit oleh sang pengadil di lapangan. Begitu peluit tanda akhir pertandingan berbunyi, sontak luapan kegembiraan ditunjukkan oleh pria tersebut. Kebahagiaan tak terkira yang dia luapkan. Titel pertama yang bisa dia raih sebagai seorang pelatih akhirnya dia dapatkan.
Maurizio Sarri. Akhirnya dia bisa menunjukkan kepada dunia bahwa dia juga bisa menjadi seorang pelatih yang pantas mendapatkan pengakuan. Pria kelahiran Napoli, 60 tahun lalu, memang akhir-akhir ini menjadi perbincangan di kancah sepakbola Eropa karena kinerjanya.Â
Banyak orang mulai menyebut namanya ketika bisa membawa klub Seri-B, Empoli promosi ke kasta tertinggi Liga Italia tahun 2013. Kemudian nama Sarri semakin sering muncul pada pemberitaan setelah dia mampu membawa klub legendaris dari kota kelahirannya, Napoli, menjadi pengganggu Juventus yang merajai Seri-A pada beberapa tahun terakhir.Â
Bahkan pada musim 2015-2016, Napoli bisa meraih gelar 'Juara Musim Dingin' (Winter Champions) pada Liga Italia Seri-A. Memang belum ada titel prestis yang dia raih, tetapi pencapaian dirinya saat melatih Empoli dan Napoli seolah menunjukkan bahwa pria Napoli ini memang memiliki potensi untuk dapat menjadi pelatih jempolan.
Sarri memang unik. Jika mengacu dari https://www.transfermarkt.com, kita bisa melihat bahwa Maurizio Sarri jarang menghabiskan waktu lama untuk melatih sebuah klub sepakbola.Â
Waktu terlama yang dia habiskan pada sebuah klub adalah sekitar tiga tahun. Hal ini bisa menjadi indikasi bahwa Sarri memang menyukai tantangan baru. Mungkin hal itulah yang membuat Sarri tidak menampik tawaran untuk melatih salah satu klub kota London, Chelsea FC.Â
Bahkan bisa dikatakan, Chelsea merupakan klub pertama yang dilatih oleh Sarri yang berasal dari luar Italia. Ya, sejak menjadi pelatih pada tahun 2000 dan mengawali karir kepelatihan di klub AC Sansovino, Sarri memang selalu memilih untuk melatih klub di Negara kelahirannya.
Menjadi pelatih Chelsea memang tidak mudah. Klub ini adalah salah satu klub juara di Liga Inggris, dan bahkan karakteristik permainan klub Inggris sangatlah berbeda dengan klub Italia yang sering dia latih.Â
Meskipun demikian, Sarri tetap berusaha membuktikan kepada dunia bahwa Chelsea tidak salah memilihnya. Memang gelar juara liga Inggris belum mampu didapatkan oleh Sarri, tetapi tidak lama kemudian, Sarri mampu menyumbangkan gelar yang tidak kalah bergengsi, yaitu Juara Europa League setelah mengandaskan rival sekota mereka, Arsenal, di babak final.Â
"Jika menilik prestasi Juventus, gelar Eropa mereka terakhir kali adalah Juara Super Eropa pada tahun 1996-1997, atau sekira lebih dari dua dekade lalu."
Ya, Sarri telah membuktikan bahwa dia tidak hanya handal dalam melatih klub 'kuda hitam' tetapi dia pun piawai meracik strategi untuk tim besar.