Mohon tunggu...
Ignatius Loyola Prima
Ignatius Loyola Prima Mohon Tunggu... Mahasiswa - Saya seorang mahasiswa S1 di Universitas Atma Jaya Yogyakarta di Fakultas Bisnis dan Ekonomika. Motivasi saya untuk memulai menulis artikel adalah mengasah kemampuan kognitif saya dalam berpikir kritis dan terstruktur yang saya tuangkan dalam sebuah tulisan.

Saya seorang mahasiswa yang berfokus pada bidang Akuntansi Manajemen. Selain mempelajari bidang Akuntansi Manajemen, saya memiliki ketertarikan pada dunia digital khusunya Web3 dan cryptocurrency. Saya mulai tertarik dengan dunia cryptocurrency setelah sebelumnya mengenal dunia saham BEI dari seorang influencer instagram sejak tahun 2019. Sempat hiatus dari dunia saham dan crypto selama tahun 2022 hingga pertengahan tahun 2023, saya mulai aktif kembali akhir tahun 2023. Saya mulai mendalami dunia trading dan lebih fokus pada dunia crypto khususnya bitcoin. Walaupun saat ini saya masih terkendala modal dan belum lulus bangku kuliah, namun saya tertarik untuk mempelajari lebih dalam mengenai analisis teknikal dan time trading yang didukung oleh analisis fundamental. Sekian dan terimakasih.

Selanjutnya

Tutup

Financial

Panduan Berinvestasi: Berdasarkan Pengalaman Lebih Dari 4 Tahun

17 Desember 2024   11:30 Diperbarui: 16 Desember 2024   22:04 12
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

Tulisan ini saya buat berdasarkan pengalaman pribadi saya selama lebih dari 5 tahun berkecimpung di dunia saham dan cryptocurrency yang adalah mata uang digital (selanjutnya disingkat crypto) sejak akhir tahun 2019. Kembali ke masa lalu, saya masuk dalam pasar modal Bursa Efek Indonesia karena mengikuti sosok influencer saham yang memperkenalkan dirinya sebagai seorang Kapten saham. Saya tidak terlalu ingat mengenai konsep awal kontennya namun saat itu ia membagikan tips seputar dunia saham dengan cara melihat suatu emiten (perusahaan yang melakukan penawaran umum efek kepada masyarakat, bisa berupa saham, obligasi, dsb) dari segi fundamental. Saat itu, atau mungkin hingga saat ini, ia selalu menekankan untuk menilai suatu emiten berdasarkan fundamental, seperti deviden per lembar saham (DPS), market cap, earnings per share (EPS), return on equity (ROE), debt to equity ratio (DER), price to earning ratio (PER), dan price to book value (PBV).

Sekitar akhir tahun 2019, Bursa Efek Indonesia sedang mengalami penguatan di berbagai sektor. Banyak saham di berbagai sektor sedang naik tinggi-tingginya oleh karena isu window dressing atau mempercantik portofolio di akhir tahun untuk menarik para investor, konsumen, dan klien, serta dimanfaatkan oleh perusahaan untuk meningkatkan laba bersih perusahaan. Pada awal saya berkecimpung di dunia saham saya hanya fokus pada sektor perbankan dan batubara. Tanpa pengetahuan yang mumpuni dalam hal analisis fundamental maupun teknikal saya nekat memasukkan uang sebesar 1,5 juta dengan strategi jangka panjang untuk mendapatkan deviden. Oleh karena ketidaktahuan situasi global dan diperburuk oleh ketidaktahuan mengenai tren bullish dan bearish (tren kenaikan dan penurunan), walau saya cuan dari saham sektor perbankan namun saya juga masuk pada saham batubara yang saat itu ternyata sedang dalam tren bearish (tren penurunan). Alhasil modal saya semakin tergerus karena profit lebih kecil daripada loss yang saya alami. Terlebih lagi saya terlena dan tidak peka terhadap potensi terjadinya market crash yang disebabkan oleh penyebaran virus Covid-19. Walaupun penyebaran di Indonesia baru masuk bulan Maret 2020, namun karena Bursa Efek Indonesia bersinggungan langsung dengan investor asing menyebabkan pelemahan IHSG telah dimulai sejak Januari 2020. Dengan pede-nya saya tetap mempertahankan loss yang saya alami hingga pada April 2020, sebulan setelah terjadinya market crash besar-besaran pada bulan sebelumnya, influencer saham yang saya ikuti beralih ke dunia crypto. Tanpa pikir panjang saya menarik semua modal yang hanya tersisa 1 juta untuk beralih ke crypto (semua keputusan yang saya ambil saat itu adalah bersifat coba-coba alias minim pengetahuan). Bermodalkan minimnya pengetahuan saya nekat masuk dalam perdagangan spot maupun futures market (fitur yang sediakan oleh salah satu exchange crypto luar negeri saat itu). Sampailah saya mengalami bencana part 2 dimana market crash terjadi pada dunia crypto saat itu disebabkan oleh kebijakan lockdown di seluruh dunia yang menyebabkan inflasi hingga kenaikan suku bunga acuan oleh The Fed. Hal ini diperburuk oleh adanya tindakan scam yang dilakukan oleh pendiri salah satu project besar di crypto yang memperparah penurunan aset digital terutama bitcoin sejak menyentuh all time high di November 2021 dengan harga per satuannya sebesar $69.000 hingga berakhir sacara mengenaskan di level $15.500 pada November 2022. Oleh karena berbagai bencana yang saya lalui selama periode awal tahun 2020 hingga akhir tahun 2022 maka saya memutuskan hiatus dari dunia saham maupun crypto dengan menyisakan modal sebesar $20 atau sekitar Rp300.000 saja. Banyak hal dapat saya pelajari dari situasi global saat itu yang mempengaruhi dunia investasi seperti pasar modal dan crypto salah satunya adalah pentingnya money management (tata kelola uang) dalam berinvestasi. Tidak bermaksud menyombongkan diri, namun setelah saya kembali lagi pada Oktober 2023 untuk memasukkan sisa modal saya pada sebuah aset ranking 7 berdasarkan market cap crypto saat itu (dengan market cap tertinggi di pegang oleh bitcoin), hingga Desember tahun ini aset yang saya beli tersebut telah menghasilkan pengembalian sebesar 700% bersih setelah dipotong pajak (saya memutuskan untuk keluar dari aset tersebut untuk mengamankan capital gain yang saya dapatkan). Jika melihat kembali ke belakang, saya berani memasukkan uang saya ke dalam aset tersebut karena pertama saya memiliki uang dingin, kedua saya melihat potensi dari aset investasi tersebut untuk tumbuh (per Desember tahun ini aset tersebut naik 2 peringkat dilihat dari market cap-nya). Walaupun secara nominal tidak terlalu besar namun cukup untuk mengembalikan modal sebesar 1,5 juta awal saya berkecimpung di dunia saham dan crypto.

Berdasarkan pengalaman saya berhadapan degan suatu tren bearish global pada aset investasi saham maupun crypto, saya mendapatkan ilmu mengenai pentingnya tata kelola uang dalam berinvestasi. Ada berbagai macam tata kelola uang yang dapat kita terapkan sebagai investor yang bijaksana salah satunya mengutip perkataan seorang legenda di dunia saham yaitu Warren Buffet adalah jangan meletakkan modal kita dalam satu aset investasi atau dikenal sebagai diversifikasi. Kemudian saat kita masuk dalam suatu perdagangan terlebih yang bersifat jangka pendek (scalping maupun swing trading) ingat selalu untuk memasang batas risiko yang bisa kita terima dan batas pengembalian yang kita harapkan. Tidak mudah untuk mendapatkan metode yang tepat untuk masuk dalam suatu perdagangan dengan rasio risk berbanding reward yang bagus, namun saat ini telah banyak komunitas yang menyediakan wadah untuk belajar bersama. Risk berbanding reward yang baik untuk masuk dalam sebuah perdagangan adalah minimal 1:1 untuk break even point dan minimal 1:2 jika kita mengharapkan profit. Untuk investor jangka panjang penting untuk mengetahui fundamental suatu aset investasi dan mengetahui tren pergerakan harga aset tersebut. Jangan sampai kita masuk pada saat aset tersebut memasuki tren bearish atau berada pada harga premium kecuali apabila kita telah mempersiapkan strategi average down (yaitu membeli suatu aset investasi tidak dilakukan sekaligus melainkan secara berkala seperti harian, mingguan, bulanan, atau bahkan tahunan tergantung preferensi masing-masing investor). Satu hal yang tidak kalah penting adalah untuk memahami profil resiko kita masing-masing pribadi sebagai investor di pasar modal maupun crypto. Keduanya membutuhkan modal yang disesuaikan dengan profil resiko serta uang dingin atau menganggur yang kita miliki. Sebagai contoh uang menganggur yang saya miliki pada saat itu ialah 1,5 juta, maka lebih baik gunakan uang menganggur yang kita miliki dan jangan memaksakan untuk mencari pinjaman kepada pihak lain untuk memulai berinvestasi. Apabila kita masih mencari pinjaman kepada pihak lain untuk memulai berinventasi itu sama halnya kita menggali lubang lain untuk menutup lubang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun