Mohon tunggu...
Ignasius Hartanto
Ignasius Hartanto Mohon Tunggu... -

masih berkuliah disalah satu perguruan tinggi swasta di Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Kecepatan VS Ketepatan

19 April 2015   21:14 Diperbarui: 4 April 2017   17:07 317
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Perkembangan teknologi yang pesat terjadi, mendorong individu memerlukan yang dinamakan sebuah informasi. Perkembangan yang terlihat begitu pesat adalah media massa. Media massa digunakan oleh banyak individu sebagai salah satu cara untuk mendapatkan informasi secara aktual dan terpecaya. Media massa memiliki tanggung jawab untuk menghasilkan sebuah informasi berupa berita yang menarik. Mengungkap sebuah peristiwa yang terjadi di tengah masyarakat, misalnya kasus pembunuhan, tindak kekerasan, bencana alam, investigasi (Siregar,1998:19).

Dari era yang konvensional dimana media cetak seperti koran masih berkembang dan menjadi satu andalan bagi individu mendapatkan informasi. Keakuratan dari media cetak seperti koran menjadi pilihan bagi masyarakat untuk tetap mencari informasi dari Koran. Perkembangan teknologi saat ini membawa dampak perubahan yang cukup Berpengaruh dalam kehidupan masyarakat luas. Perkembangan media baru sebenarnya merujuk kepada sebuah perubahan dalam proses produksi media, distribus dan penggunaan. Media baru tidak terlepas dari key term seperti digitality, interactivity, hypertextuality, dispersal dan virtuality (Lister, 2003 : 13).

Perubahan yang terjadi dalam media massa yang di dorong oleh kemajuan tekonologi, memunculkan media baru seperti media online yang berbasis internet. nternet secara sederhana menggambarkan kumpulan jaringan yang menghubungkan  komputer dan server  secara bersamaan Dengan adanya internet muncul yang dinamakan jurnalisme online. Jurnalisme online menciptakan sebuah produk baru atas perkembangan media dari jurnalisme konvensional baik itu cetak dalam bentuk koran, majalah dan elektronik dalam bentuk televisi dan radio. Unsur kecepatan menjadi sesuatu yang penting dalam jurnalisme online.

Kecepatan dalam memberikan berita menjadi salah satu karakteristik jurnalisme online. Namun disinilah letak dari kekurangan jurnalisme online. Kecepatan tidak di dukung dengan akurasi berita yang baik, dan tidak hanyakecepatan saja yang menjadi kekurangan dari jurnalisme online, seperti banyak terjadi kesalahan penulisan yang dikarenakan ketergesa-gesaan dalam proses penulisan, meningkatkan plagiat akibat mudah dicurinya karya-karya yang tersaji di media online, dsb.

Menurut seorang Paul Bradshow dalam Online Journalism membagi menjadi lima prinsip dasar jurnlisme online. Lima prinsip tersebu diringkas sebagai BASIC, yakni Breavity (ringkas), Adaptibility (beradaptasi dengan teknologi), Scannability (mudah dicerna), Interactivity (sangat interaktif), dan Community and Conversation (membangun komunitas melalui percakapan). Di Indonesia ada banyak media online yang berkembang dari media cetak Koran. Contohnya  kompas.com, republika.com, Tempo.com, Tribun.com dan lain-lain.

Salah satu kasus dimana benar-benar salah satu media online yang hanya mementingkan kecepatan infromasi sampai ke khalayak tanpa memikirkan data dan fakta yang benar-benar terpecaya adalah kasus kesalahan yang terjadi pada tahun 2011, dimana media online teralu menyimpulkan kematian WNI ( Warga Negara Indonesia ) yang tewas saat terjadinya kerusuhan di Mesir pada bulan Febuari. Kejadian itu bermula pada akun media social Facebook yang di miliki oleh Scinece of Universe. Scinece of Universe memposting kabar meninggalnya salah satu relawan United Nations Relief and Works Agency (UNRWA).  Berita kematian Imanda Amalia, WNI yang di kabarkan telah meninggal dunia di mesir, begitu cepat menyebar hingga stasiun televisipun ikut-ikut memberiakan kejadian tersebut. Padahal belum ada kejelasan data dari Kedutaan Besar maupun dari Kementerian Luar Negeri, namun beberapa news online seperti detik.com dan Tribunnews telah memberitakan hal tersebut di running news mereka. Namun ahkirnya berita yangkurang kredibel dan akurasinya tidak tepat ini, di klarifikasi oleh kementrian luar negri yang menyatakan tidak ada warga Indonesia yang berada di Mesir tewas pada saat kerusuhan Mesir.

Kesalahan yang terjadi akibat media online yang memntingkan prinsip kecepatan dibandingkan dengan ke akurasian dalam informasi yang di dapat, menjadi hal yang semakin dimaklumi namun juga disesali. Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) menyatakan bahwa banyak laporan yang mereka terima dari seringnya media online yang tidak melakukan verifikasi atas berita yang mereka tulis. Hampir 30 kasus pertahunnya yang KPI terima dengan kasus yang sama.

Dalam dunia jurnalisme, terlebih industri media massa, kecepatan menjadi nilai jual tinggi. Setiap portal berita online berlomba-lomba untuk menyampaikan informasi. Hal merugikan jika ada media online yang ketinggalan informasi. Dalam hal kecepatan, memposting berita melalui media online memang hanya membutuhkan waktu sedikit. Tuntutan untuk menyampaikan berita dengan cepat atau aktual tanpa ada akurasi dan juga verifikasi atas data yang diterima menjadi tanda bahwa media online memiliki kekurangan yang mendasar. Kecepatan dan real time tidak dijadikan pembenaran atas pemuatan berita-berita yang tidak akurat dan kredibel. Kredibilitas adalah aset termahal media, dan merupakan prinsip utama jurnalistik.

Kalau kita melihat lebih dalam pada tulisan-tulisan yang di posting melalui media online, kebayakan dari tulisan yang disampaikan adalah bagian-bagian tau potongan-potongan berita. ini yang juga menjadi salah satu mengapa berita online harus cepat, tidak adanya pengeditan dalam penulisan di media online sehingga apa yang penulis atau jurnalis tulis itulah yang akan dikonsumsi masyarakat. Berita online sendiri kurang memperhatikan fakta dan lebih memperhatikan kecepatan dalam menginformasikan informasi yang diharapkan dapat menjadi pilihan utama masyarakat untuk mendapatkan informas.

Industry media di Indonesia kebanyakan mengeasampingkan yang namanya fakta sebagai salah satu untus dalam jurnalisme yaitu kejujuran. Informasi yang didapat dan ditulis lalu di posting di media online dan nantikanya masyrakat yang mengkonsumsinya hanya kan emnimbulkan banyak pandangan. Berita online juga jarang menggunakan unsur seperti 5W 1H, tidak seperti media cetak Koran yang sangat melihat 5W 1H sebagai patokan dalam menulis berita. Maka dari itu, berita online hanya sekadar memberitahukan masyarakat inti dari informasi yang disampaikan.

Setiap media massa tidak lepas dari kelemahan maupun kelebihan yang dimiliki masing-masing media tersebut. Media konvensional yang di sampaikan melalui radio, televisi, majalah dan koran merupakn media yang tepat untuk mendapatkan informasi secara komplit. Media konvensial seperti diatas sangatlah mementingkan unsur-unsur dalam jurnalistik, dari segi peliputan, penulisan, hingga menyampaikan informasi yang sudah di verifikasi kebenarannya tanpa harus terburu-buru sampai ke pembaca. Namun di era yang semua butuh kecepatan media online seperti portal berita online menjadi pilihan yang tepat ketika pembaca membutuhkan informasi secara aktula. Terlebih media online membuka kesempatan untuk membaca berita dari mana saja sehingga dapat memiliki wawasan yang lebih banyak tentang suatu berita dan dari beberapa sudut pandang.

Sebagai pembaca, kita juga harus pintar dalam menentukan dan memilah mana informasi yang tepat. Semakin teknologi berkembang akan semakin membuat mudah kita mendapatkan informasi dengan cara apapun tetapi mengenyampingkan kredibiltas dari informasi yang ada.media online adalah pilihan bagi kita untuk mendapatkan informasi tetapi kita juga perlu melihat media seperti koran yang tetap menggunakan dasar-dasar jurnalisme. Banyak yang harus diperbaiki dari media online, para penulis banyak yang kurang mengerti tentang kode etik jurnalistik ( KEJ) ataupun dasar-dasar jurnalisme jadinya hanya kecepatan yang diunggulkan bukan keakuratan yang diandalkan.

sumber:

M. Romli, Asep. 2012. Jurnalistik Online. Panduan Praktis Mengelola Media Online. Bandung: Nuansa Cendikia.

Mc.Quail, Denis. 2004. Mass Communication Theory. London : Sage Publications.

Mondry. 2008. Pemahaman Teori dan Praktik Jurnalistik. Bogor : Ghalia Indonesia.

Nurudin. 2009. Jurnalisme Masa Kini. Jakarta : Rajawali Pers

Sumadiria. As.Haris. (2005). Jurnalistik Indonesia, Menulis Berita dan Feature, Panduan Praktis Jurnalis Profesional. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun