Padabulan Mei 2014 lalu, masyarakat khususnya kalangan Pesantren dibuat gusar dengandatangnyapaket pos tanpa keterangan pengirim ke pesantren-pesantren yang tersebar di Pulau Jawa secaratiba-tiba. Paket tersebut berisi ribuan eksemplar tabloid bernama ‘Obor Rakyat’. Bukan soal namanya yang membuat gempar, melainkan isiataukonten tabloid mingguandenganlambanghuruf A terbalik yang menyerupaiobortersebut.
Gambar-gambardanberita yang dimuatdalamtabloid Obor Rakyat inisangat provokatif, tidakmengindahkan kaidah jurnalistik,dandenganterang-terangan menyudutkan salahsatuCapresyaituJokoWidodo (Jokowi).Efekyang ditimbulkanObor Rakyatsangatberbahayakarenajelasmemilikitujuanuntukmemecah belah grass root, membakar konflik antar umat beragama, hingga pada akhirnya mengganggu stabilitas nasional.
[caption id="attachment_329515" align="aligncenter" width="610" caption="Stop Kampanye Hitam! (republika.co.id)"][/caption]
Mengingatbahayaefeknegatifbesar-besaranyang bisaditimbulkanoleh tabloid ini, pengusutanpun dilakukan, danbaru-baruinimenemukantitikterang.Adalah Gun Gun Heryanto, dosen UIN Syarif Hidayatullah, yang pertama kali membongkar siapa sajadalangyang menggawangi Obor Rakyat.
Nama yang pertama kali disebutoleh Gun GunadalahDarmawanSepriyossa.Darmawan Sepriyossa adalah kolomnis tetap portal berita inilah.com, sebuah portal yang berada di garda terdepan dalam menyerang pasangan Jokowi-JK.
[caption id="attachment_329513" align="aligncenter" width="304" caption="Darmawan Sepriyossa (liputan6.com)"]
TidakhanyaDarmawan, belakangan mencuat juga nama Setiyardi Budiono sebagai Pemimpin Redaksi Obor Rakyat. Usut punya usut, Setiyardi merupakan anak buah dari Velix Wanggai, salah satu staf khusus Presiden SBY dan Setiyardi juga merupakan salah satu komisaris PTPN XIII, BUMN yang mengelolajutaanhektarperkebunan negara.
Tak ayal, daribukti-bukti yang ada, kemunculanObor Rakyat memilikisangkutpaut yang eratdengan Istana Negara. Sinyalemen istana terlibat pun mengemuka.
Bagaimana tidak? Hitung-hitungan penerbitan tabloid Obor Rakyat inibutuh biaya yang tidakkecil, apalagi mengingatsifat penyebaran Obor Rakyat yang zonder komersil alias gratis plus non iklan. Tiap edisi yang terbit dibutuhkan sekitarRp. 410 juta. Bila angka itu presisi atau setidaknya mendekati (ataumungkinterlalukecil?), berartibiaya total produksibisamencapaimilyaran rupiah.
Darimana redaksi Obor Rakyat yang hanya diisi 2 orang itu mendapatkan dana? Setiyardi dengan gagah berani menyatakan bahwa ongkos penerbitan Obor Rakyat menggunakan dana pribadinya. Sebuahkebohongan yang fantastis.
Karena, kalau itu benar, Setiyardi mestinya layakdimasukkan kedalam jajaran orang terkaya di republik ini karena mengeluarkan uangratusan juta tanpa mengharap keuntungan komersil. KPK rasanya perlu menelisik harta kekayaan sang komisaris PTPN XIII ini dengansegera. Mungkin KPK biasmemulainyadenganmemeriksaberapa besargajinya sebagai asisten staf khusus presiden dan berapa pula gajinya sebagai komisaris PTPN XIII.
Dana sebesar itu pastinyamembutuhkan sumber pendanaan yang luar biasa, kecualiSetiyardimemangsebenciitudenganJokowi, makanyadiarelamenggelontorkanratusanjutanya.
Jadikira-kiradarimanadanasebesaritumengalir? Sulit rasanya menafikan dugaan bahwa istana sama sekali tidak terlibat di sini. APBN kah? Bisa jadi.
Istana Negara memilikiaksespenuhdalampengelolaan APBN. MeskipunSetiyardi Budiono adalah orang lingkar dalam istana,namundiatidakmemilikiakseske APBN.Jadijikakitatariksimpulanlogisnya, adaaktor intelektual lain daridalamistana dibalik Obor Rakyat.
Pernyataansimpulan di atasbukanlahdugaantakberalasan, karena bila ditelusuri, atasan Setiyardi Budiono adalah Velix Wanggai.Velixadalah staf khusus presiden SBY dan diaadalah organ yang berada langsung dibawah perintahSBY. Dengan demikian, simpulan yang dapatditarikselanjutnyaadalahSetiyardi Budiono memilikihubungankhususdengan SBY.
[caption id="attachment_329516" align="aligncenter" width="340" caption="Velix W., Stafsus Presiden SBY (tabloidjubi.com)"]
Apabila analisis di atas benar, jangan-janganSBY sejatinyamengetahui operasi yang dijalankan oleh Setiyardi Budiono tersebut.Lebihjauhlagi, gawat sekali bila ternyata Presiden tidak hanya mengetahui tapi juga memberikan ‘lampu hijau’ atas operasi itu.
DugaanketerlibatanPresiden SBY inidikuatkandengankeberpihakan Obor Rakyat terhadap Prabowo Subianto-Hatta Rajasa yang sudahberada pada tingkatan ‘affirmative’ atautidakperludiragukanlagi. Tidak ada satu pun berita mengenai Prabowo-Hatta dalam produk media yang sesungguhnya lebih tepat disebut sebagaipamflet atau alat propaganda itu.
Kemunculan sang asisten staf khusus Presiden SBY dalam jumpa pers juga menunjukkan bahwa dia hanyalah bagian dari sebuah permufakatan jahat tingkat tinggi. Dalamjumpaperstersebut, Setiyardi Budiono muncul dengan mengenakan pakaian yang identik dengan Jokowi, kemeja kotak-kotak. Sebuah kamuflase yang didesain agar Jokowi tetap menjadi target serangan.
[caption id="attachment_329514" align="aligncenter" width="560" caption="Setiyardi Budiono (jateng.tribunnews.com)"]
Cara-cara kampanye melalui media seperti Obor Rakyat ini adalah cara berkampanye yang rendahan, sangat kotor, jauh dari semangat demokrasi, dan nihil rasa nasionalisme. Tabloid Obor Rakyat berlindung di balik dalih media yang seharusnyaberfungsisebagai watch dog—penjagasetiademokrasi—padahaldalampraktiknya, Obor Rakyat justrumencederaidemokrasidengan memecah belah masyarakat.
Yang lebihmenyakitkan di sinisebenarnyaadalah faktamengenai keterlibatan orang dalam istana. Para penghuniistanaseharusnyamenjaditauladanbagirakyat, bukanmalahmenyesatkan.Tidakterbayangrasanyabila nanti ternyata terbukti bahwasumber pendanaan Obor Rakyat memangberasal dari APBN.Iniberarti, uang rakyat dipakai untukmenyebarkanfitnah. Sungguhironis.
Bilasudahsepertiini, istana seharusnyasegera membersihkan namanya bilamemangtidakterlibat.Bagaimanacaranya?Mudah sekali.Berikanklarifikasi terhadappublik, tarikseluruh tabloid Obor Rakyat, larang peredarannya di seluruh wilayah Indonesia, danterakhir, hukumsemua pihak yang terlibat.Demi demokrasi Indonesia yang sehat dan bermartabat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H