Mohon tunggu...
IGNACIO SINDHU PARAMATATTWA
IGNACIO SINDHU PARAMATATTWA Mohon Tunggu... Relawan - Pelajar

Hobi: menggambar kapal, Bermain games, menonton video youtube, Kepribadian: Introvert, creative Topik konten kegemaran: Luar angkasa, memes, sejarah,

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Penggunaan Skincare Murid di Lingkungan Belajar

15 Februari 2024   00:14 Diperbarui: 15 Februari 2024   10:39 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

    Sebelum kita mulai, kami ingin memperjelas bahwa skincare yang dibahas di sini secara spesifik adalah produk yang digunakan untuk perawatan kulit, dengan intensi utama untuk kesehatan dan bukan penampilan. Hal ini termasuk tetapi tidak terbatas pada Sunscreen, moisturizer (pelembab), sabun cuci muka, toner, dan serum. Menurut definisi dari laman HealthGuide, skincare sendiri merupakan rangkaian produk yang digunakan secara rutin yang berguna untuk merawat dan melindungi kulit.

    Penggunaan skincare, berdasarkan definisi sebelumnya, adalah hal yang wajar dan memiliki guna di kehidupan sehari-hari. Namun terdapat beberapa kejadian/kondisi di mana skincare ini ternyata dilarang, salah satunya di lingkungan belajar sekolah.

    Contoh kasusnya seperti penghancuran skincare seperti sunscreen, face wash, dan sebagainya di antara make up-make up lainnya di sebuah SMA di Kalimantan Tengah. Dalam kasus tersebut skincare dianggap sama dengan make up dan turut serta dalam kehancurannya.

    Melihat video yang sempat viral pada bulan januari kemarin, anggota osis di salah satu SMA Kalimantan Tengah melakukan razia kosmetik. Dapat dilihat pada video tersebut, ada anggota osis yang menggunting sunscreen milik salah satu murid di sana. Dalam video yang beredar terdapat juga beberapa produk skincare lainnya seperti sabun cuci muka dan bedak tabur.

    Alasan yang sering muncul dalam perusakan dan penghancuran tersebut seperti "Skincare itu gk penting", "Menggunakan skincare di sekolah itu gak perlu", "Kalau membawa skincare nanti dipakai di kelas dan menggangu pelajaran" dan lain sebagainya sering kita Dapatkan. Namun, apakah hal-hal tersebut benar? Atau apakah betul bahwa skincare memang sepenting itu?

    Untuk mendalami masalah yang dialami oleh skincare dan penggunanya, kita harus memahami bahwa penggunaan skincare sendiri memiliki beberapa kontra seperti:

  • Menjadi gangguan fokus belajar: Beberapa aktivitas yang berhubungan skincare di lingkungan belajar, terutama saat waktu pelajaran dapat mengganggu fokus belajar siswa. Kegiatan seperti membersihkan wajah, mengaplikasikan produk, dan becermin dianggap dapat membuyarkan konsentrasi siswa di kelas.
  • Menjadi masalah kebersihan: Kebersihan produk dan cara penggunaannya di lingkungan sekolah sudah beberapa kali dipertanyakan. Terdapat beberapa kemasan produk yang tertinggal atau dibuang sembarangan yang akhirnya memicu masalah kebersihan. Selain itu pemakaian bersama juga berisiko menyebarkan bakteri atau infeksi kulit.
  • Dianggap tidak perlu: Tidak jarang tenaga-tenaga pengajar, terutama dari golongan yang lebih senior menganggap bahwa skincare adalah sesuatu yang tidak perlu. Hal ini biasa dikarenakan anggapan mereka bahwa pada masa sebelumnya kulit tetap bisa sehat dan terjaga walaupun tanpa skincare.

    Terdengar seperti alasan yang cukup kokoh, namun sebenarnya jika dilihat kembali argument kontra tersebut tidak sepenuhnya benar dikarenakan ada beberapa hal berikut yang bisa menjelaskan argument kontra tersebut seperti:

  • Dapat kompromi waktu: Walaupun harus rutin penggunaan skincare bukalnah sesuatu yang benar-benar terikat jam. Hal ini memungkinkan kompromi waktu dengan pelajaran sekolah, seperti dengan hanya menggunakan skincare pada jam-jam istirahat atau sepulang/sebelum sekolah.
  • Sama saja seperti produk lain: Penggunaan skincare yang complementary atau sebagai pelengkap saja sejatinya sama dengan produk lain yang sering ditemukan di sekolah, seperti jajanan, produk alat tulis, dan sebagainya. Oleh karena itu apa pun yang terjadi kepada sisa produk/kemasan produk skincare seharusnya jatuh kedalam kategori yang sama dengan produk lainnya. Dan karena itu seharusnya lebih difokuskan untuk mencari solusi secara general dan bukan menyalahkan skincare sendiri saja.
  • Sekarang sudah dibutuhkan: Pandangan senior bahwa zaman dahulu kulit masih sehat tanpa skincare adalah pandangan yang terpaut waktu. Dengan berkembangnya zaman makin banyak juga risiko kepada kulit anak-anak muda, seperti polusi, radiasi matahari, dan kotoran di udara yang makin meningkat seiring masa. Hal ini menyebabkan skincare yang mungkin tidak terlalu esensial zaman dahulu menjadi sesuatu yang penting di zaman sekarang.

    Menghadapi hal itu sudah hak seorang murid untuk berusaha melindungi kesehatan kulitnya sendiri. Penggunaan skincare sudah menjadi seperti kebutuhan yang bukan sekadar 'Supaya aku cantik' lagi, melainkan menjadi hal menjaga kesehatan pribadi yang tentu tidak bisa dilarang begitu saja.

    Penggunaan skincare juga terbukti perlu apabila memang merupakan anjuran dari dokter. Sebagai ahli medis, kadang dokter menganjurkan penggunaan beberapa skincare untuk kebutuhan kesehatan pasiennya. Misalnya apabila si pasien memiliki alergi, penggunaan beberapa jenis skincare seperti sunscreen dapat membantu dalam meringankan gejalanya. Atau jika pasien memiliki kondisi kulit yang serius, seperti jerawat kronis, eksem, rosacea, atau psoriasis. Kondisi ini membutuhkan perawatan khusus dengan produk yang diresepkan oleh dokter. Terakhir pasien juga mungkin berada dalam kondisi pemulihan atau terapi setelah tindakan medis, pada kasus ini pasien mungkin saja diberikan anjuran untuk menggunakan skincare yang dapat membantu meminimalisir efek samping atau mendukung proses pemulihan.

    Jadi kesimpulannya, kita sudah melihat bahwa penggunaan skincare merupakan bentuk perawatan kesehatan. Karena ancaman yang sudah bertambah seiring perkembangan zaman, dibutuhkan juga perlindungan yang ekstra untuk kulit. Oleh karena itu, penggunaan skincare tidak boleh asal dilarang, tanpa ada pertimbangan atau alternatif dari pihak sekolah. Menggunakan skincare adalah hak pribadi seorang siswa untuk menjaga kulitnya sendiri.

    Namun kita juga tidak dapat memungkiri bahwa penggunaan skincare tadi, apabila bila berlebihan dapat memberi dampak yang tidak baik pula. Seperti semua hal lain di dalam kehidupan, penggunaan skincare harus berada dalam dosis yang tepat. Pengaplikasiannya harus sesuai dengan anjuran dokter, baik dari sisi jumlah dan waktu pemakaian, yang mana itu sendiri harus diatur sehingga tidak bertabrakan dengan hal penting lain seperti dalam topik kali ini di dalam jam pelajaran.

Itulah mengapa penggunaan skincare di lingkungan belajar harus bisa dilakoni dengan bijak, baik oleh guru dan oleh siswa

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun