Sudah lama kita semua menunggu munculnya vaksin COVID 19 yang diharapkan akan menjadi kunci utama dalam menghadapi pandemi yang telah membuat 2020 sebagai tahun yang patut untuk dilupakan.Â
Yang patut untuk diingat adalah penyakit batuk pilek dan flu yang kita derita, terutama ketika suhu menjadi rendah (musim dingin di negara empat) musim hanyalah disebabkan oleh segelintir jenis virus(yang memang selalu bermutasi). Salah satunya adalah virus bertanggung jawab untuk pandemi Flu Spanyol 1918 yang akhirnya memakan korban sekitar 2.5% penduduk dunia.Â
Flu Spanyol -- yang sebenarnya bukan berasal dari Spanyol -- ini sekarang tidak lagi ditakuti karena memang sebagian besar penduduk dunia telah memiliki mekanisme kekebalan tubuh.Â
Dengan alasan yang sama maka diharapkan vaksin COVID 19 akan menyebabkan cukup banyak penduduk dunia mulai mendapatkan mekanisme kekebalan tubuh. Dalam kondisi ini, mereka yang tidak memiliki kekebalan tubuh akan terlindung karena mayoritas orang disekitarnya memiliki kekebalan sehingga tidak akan menjadi sumber penularan.. Konsep yang dikenal sebagai Herd Immunity sebenarnya adalah gotong royong melawan penyakit.
Beberapa minggu belakangan ini pemberitaan dunia diramaikan oleh 3 vaksin yang telah menyelesaikan tahap akhir pengujian medis. Pengumuan pertama berasal dari kolaborasi Pfizer-BioNTech yang mengklaim vaksin mereka memiliki efikasi 90%-95%, yang kedua berasal dari Moderna dengan efikasi 94.5% dan yang ketiga berasal dari kolaborasi Oxford University dan Astra-Zeneca dengan efikasi rata-rata 70%.Â
Efikasi, pada dasarnya adalah tingkat kemanjuran vaksin yang diperoleh melalui metode analisis statistik. Angka angka ini menjadi judul utama di banyak media massa, namun apakah arti angka tersebut? Apakah ketiga vaksin tersebut memang sebegitu manjurnya mengingat vaksin flu biasa mempunyai efikasi yang berkisar pada 40-60%.
Biokimia tubuh dan Viagra
Semua proses dalam tubuh adalah hasil rentetan reaksi biokimia yang melibatkan berbagai reaktan dalam tubuh manusia. Di SMA/SMU kita belajar kalau reaksi kimia bersifat pasti (deterministik), namun sebenarnya proses yang terjadi jauh lebih kompleks.Â
Reaksi pembakaran Elpiji yang menghasilkanKarbon-dioksida dan uap air sebenarnya melibatkan ribuan reaksi perantara yang menghasilkan ratusan molekul yang berlangsung nyaris bersamaan. Oleh karena itu ketika mengamati kompor kita melihat berbagai fenomena yang tidak disebutkan dalam pelajaran kimia, seperti asap hitam yang muncul di kompor yang satu namun tidak ada di kompor yang lain.
Reaksi biokimia dalam tubuh manusia jauh lebih kompleks. Obat yang diharapkan untuk bereaksi secara tertentu dapat saja bereaksi secara tidak terduga. Obat Viagra buatan Pfizer adalah contoh yang bagus.Â
Tahukah anda kalau obat tersebut sebenarnya dirancang sebagai obat penyakit jantung? Saat ujicoba medis ditemukan kalau obat tersebut memiliki efek samping terhadap aliran darah yang menghasilkan efek yang membuat obat tersebut menjadi terkenal, namun sangat berbahaya kalau dipakai untuk megobati penyakit jantung. Hal tersebut tidak terduga sama sekali sebelumnya (Saat ini Viagra akan di tes lagi sebagai obat jantung karena diyakini salah satu zat pengiring tes medis yang asli membuat Viagra menghasilkan reaksi yang berbahaya bagi jantung).Â