Mohon tunggu...
ignacio himawan
ignacio himawan Mohon Tunggu... Ilmuwan - ilmu terapan untuk keseharian

Sekedar berbagi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sebuah Refleksi di Penghujung Tahun.

30 Desember 2018   06:22 Diperbarui: 30 Desember 2018   06:27 301
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Tahun 2018 sudah menyajikan beberapa peristiwa kemanusiaan yang dengan mudah akan membuat kita bertanya, jika Tuhan memang ada dan mengutus Yesus ke dunia, mengapa kesusahan terus berlangsung ? Peristiwa gempa di Lombok, Tsunami di Palu dan Banten serta jatuhnya Lion Air di perairan Tangerang masih membekas dengan segar.

Tentu saja kita tidak bisa memberikan jawaban yang pasti mengapa peristiwa menyedihkan itu terjadi. Kita tidak dapat menyalahkan apabila orang memutuskan untuk menginggalkan Tuhan, seperti perang Dunia pertama dan kedua ketika banyak tentara di kedua belah pihak bertempur dengan nama Tuhan telah membuat Eropa menjadi sangat sekuler. 

Di Eropa 2018 menandai 100 tahun berakirnya perang Dunia pertama. Ketika serdadu di kedua pihak mendapatkan bimbingan rohaniwan, tidak mengherankan apabila pertanyaan yang muncul apakah Tuhan memang merestui ajang pembantaian tersebut. .. Di Indonesia kekerasan atas nama agama masih tengah berlangsung.

Malam ini ketika sedang termenung di ruang duduk, pintu kaca yang mengarah ke beranda menyajikan fenomena fisika optik refleksi sempurna. Refleksi yang disebakan oleh gerakan gelombang cahaya ketika melintasi medium yang berbeda yang menyajikan 3 buah pohon Natal.

Secara pribadi saya masih melihat science sebagai Filsafat Alam (Natural Philosophy), salah satu medium untuk mereflksikan filosfi ke-Tuhanan yang lebih abstrak sifatnya.

Saat refleksi ini membuat saya berharap agar kedamian meliputi para korban bencana tersebut. Yang lebih penting adalah agar mereka yang bisa menolong selalu mementingkan kemanusiaan... Ada persaaan malu ketika nasionalisme menjadi alasan untuk menghambat relawan asing memberikan bantuan di Palu. Ada perasaan jengah ketika respon di Palu dan Lombok diwarnai oleh sentimen keagamaan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun