Mohon tunggu...
ignacio himawan
ignacio himawan Mohon Tunggu... Ilmuwan - ilmu terapan untuk keseharian

Sekedar berbagi.

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Mobil Terbang

8 Desember 2018   08:49 Diperbarui: 8 Desember 2018   08:55 283
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Airbus CityAirbus (sumber Airbus)

Belum lama ini Aston Martin yang terkenal dengan mobil James bond DB5 memgumumkan kalau perusahaan itu sedang meneliti produk mobil terbang untuk dipasarkan bagi mereka yang menginkan produk yang lebih ekslusif daripada sekedar mobil sport. Apakah produk yang saat ini dinamai Volante (bahasa Prancis untuk terbang) ini sekedar impian atau memang mungkin bagi mereka yang memiliki kekayaan berlebih?

Bagi penggemar aeromodelling, efek elektrifikasi sudah terasa dalam sepuluh tahun terakhir. Mulanya dalam bentuk motor elektrik digital yang kompak dan mudah dipakai sebagai pengganti motor bakar miniatur. 

Kemudian muncul multicopter drone yang merubah wajah aeromodelling menjadi model ynag mengandalkan baling-baling seperti helikopter namun dengan jumlah 4 atau lebih. Tentu saja popularitas drone sudah melebihi dunia aeromodeling itu sendiri. Siapa yang tidak ingat kalau drone banyak dipakai untuk mengambil gambar dalam rangka unjuk kekuatan melalui demonstrasi ?

Airbus CityAirbus (sumber Airbus)
Airbus CityAirbus (sumber Airbus)
Sejalan dengan naiknya popularitas drone dan mobil listrik, dalam 3 tahun belakangan ini mulai berkembang pemikiran untuk mewujudkan impian mobil terbang yang sudah ada sejak tahun 1950-an. Teknologi kunci yang diandalkan tentu saja dengan memperbesar motor digital drone ke ukuran yang mampu untuk mengangkat manusia. 

Uber pun menerbitkan kertas putih untuk menantang para insinyur penerbangan untuk mewujudkan impian wahana terbang yang dapat dioperasikan sebagai Taxi (impian Taxi terbang sebenarnya ada di Dubai sebelum Uber).

Tantangan Uber mendapat tanggapan serius dari perusahan mainan inovatof (perushaan Cina Ehang yang pada mulanya memproduksi drone namun sekarang memiliki 2 konsep multicopter) namun juga dari penerbangan mapan seperti Airbus yang belum lama ini megumumkan City Airbus. Walaupun secara aerodinamis rancangan multi-kopter cukup sederhana namun rancangan ini memiliki kendala yang belum sepenuhnya dapat dijawab dengan memuaskan.

Masalah utama adalah energi densitas baterai yang rendah. Untuk mobil listrik yang kalau kehabisan baterai cuman mogok, untuk wahan terbang halini bisa berarti jatuh dari langit. Jawabanya tentu saja harus membawa baterai yang banyak, hal ini berarti jumlah muatan akan berkurang jauh. 

City Airbus dirancang unutk embawa 4 penumpang (tanpa pilot) selama 15 menit (jarak terbang 40km).  Tampaknya rancangn ini berasumsi kalau teknologi baterai akan meningkat pesat dalam beberapa tahun kedepan.  

Dengan keterbatasan masa terbang dan berat penumpang sebenarnya sulit untuk dapat memberikan keuntungan komersial. Artinya servis taxi terbang dengan wahana ini sulit untuk dinikmati oleh orang yang bukan super kaya. Yang menarik Airbus sebenarnya sudah mempunya demonstartor terbang di akhir 2017 yang 1/3 beratnya diisi oleh baterai dan berhasil terbang selama 53 detik!

Masalah lain adalah keselematan terbang. Ketika Helikopter mengalami kegagalan mesin aliran udara dari bawah keatas yang dialamai ketika si helikpter meluncur turun dirancang untuk memutar baling-baling agar memperlambat kecepatan turunya. Konsep yang dikenal dengan auto-girasi tentu saja bisa dipakai bagi multi-copter, namun harus diingat apa yang terjadi apabila hanya satu motor yang rusak ? Gaya angkat tidak akan imbang sehingga wahan tersebut akan dengan mudah mengoleng tak terkendali. Tentu saja rancangan tanpa pilot akan memberikan permsalahan lebih jauh.

Rolls-Royce EVTOL (sumber Rolls-Royce)
Rolls-Royce EVTOL (sumber Rolls-Royce)
Alternatif lain tentu saja dengan menghasilakn gaya angkat dengan prinsip induksi momentum yang bertumpu dengan teknologi aerofoil. Dibandingakn dengan sistem momentum langsung (dengan baling-baling model helikopter) prinsip ini jauh lebih hemat energi. Konfigurasi sayap akan mengurangi pemakaian energi lebih jauh dengan mengurangi gaya hambat sehingga memungkinkan wahan udara untuk terbang lebih jauh. Seabagai contoh adalah konsep yang diumukan Rolls-Royce di pameran dirgantara Fanborough di musim panas 2018. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun