Hasil penyelidikan awal tragedi jatuhya JT610 membuat Boeing menerbitkan buletin ke operator 737 Max. Buletin tersebut mebahas sistem kontrol yang mungkin menjelaskan profil penerbangan JT610. Sejak publikasi buletin tersebut, yang didasarkan pada temuan awal tim penyelidik, telah berkembang kontroversi seputar Boeing 737 Max dikalangan jurnalis penerbangan.
Sebelum membahas kontoversi 737 Max, ada baiknya kita melihat sepintas teori aerodinamika yang mendasari mekanika penerbangan.
Aerofoil (orang Amerika bilang Airfoil)
Aerofoil yang digunakan di pesawat modern memiliki bentuk yang berbeda dang aerofil tradisional karena memiliki permukaan atas yang datar sehingga sebenarnya lebih pendek adri permukaan bawah. Namun cara kerja aerofoil tetap sama yaitu dengan menyempitkan aliran udara di dekat permukaan atas untuk meningkatkan kecpeatan yang berakibat turunnya tekanan udara (air pressure) dibandingkan deangn sekitarnya (dengan kata lain bernilai negatif terhadap sekitarnya).Â
Dalam gambar berikut (kiri bawah) volume zone merah mengahasilkan tekanan negatif -P. Apabila sudut insiden alpha (orang Amerika bilang Angle of Attack AoA) diperbesar, maka volume zona merah akan berkurnag sehingga -P akan semakin bertambah, selama aliran di permukaan atas tetap menempel ke aerofoil.Â
Namun pada saat tertentu aliran udara pasca peyempitan tidak dapat menempel sehingga zona -P menghilang yang mengakibatkan aerofoil memasuki zona operasi A, yang biasa disebut sebagai stall. Apabila sudut insiden tetap diperbesar pasca stall, maka vortex akan terbentuk dipermukaan atas sehingga mengembalikan sebagian gaya angkat, zona B.
Perlu dicatat kalau gambar diatas berlaku apabila kecepatan aliran tidak berubah. Selain insiden, gaya angkat dipengaruhi oleh kecepatan aliran udara (kecepatan terbang). Gaya angkat yang sama dapat pula dihasilkan dengan meningkatkan kecepatan. Kecepatan stall (Vstall) adalah kecepatan terendah yang dapat dicapai ketika insiden aerofoil mendekati nilai gaya angkay maksimal. Yang perlu dicatat adalah sudut insiden juga memperbesar luas penampang (Ap) yang sebanding dengan gaya hambat. Akibatnya baik zone stall dan pasca stall akan cenderung untuk memperlambat pesawat terbang.
Mengatasi stall
Stall adalah kondisi berbahaya yang merenggut nyawa sejak masa awal sejarah penerbangan. Oleh karena itu penangulan stall adalah salah stau prosedur kunci yang diajarkan ke pilot.Â
Saat stall pesawat terbang berhaluan menengadah (Nose up attitude), gaya hambat yang besar cenderung untuk memperlambat pesawat terbang sehingga dengan mudah mendorong titik operasi lebih jauh ke zona A. Perlu dicatat kalau aliran udara di zone B tidak cukup stabil untuk dipakai bagi kondisi penerbangan normal. SU-35 sekalipun hanya menggunakan zone ini untuk sesaat ketika melakukan manuver Kobra Pugachev.