Saat mata, hati, pikiran dan budi tertutup oleh kotoran duniawi baik secara kasat mata mata ataupun tidak, pasti kita akan mengetahui sesuatu. Buta di sini bukan berarti karena kecacatan fisik. Buta di sini dapat diartikan sebagai keegoisan manusia yang tengah merajai hidupnya pribadi. Seakan hidup itu dipersulit oleh suatu masalah yang benar-benar membelenggu. Namun ketika manusia itu telah sadar, semua kesadaran manusia paling banyak disadari mereka saat sudah terlambat. Terlambat untuk menyesali kesalahan yang telah lalu. Seperti halnya ketika kita mendapati suatu masalah, sebenarnya masalah kecil yang bisa dipecahkan secara masak dan dewasa, yah… bisa dikata kebanyakan orang malah lari dari “Kenyataan”. Pada saat kita menempatkan kesempurnaan diatas segalanya, pada saat kita mengabaikan segala kekurangan, dimana letak kesempurnaan? Tidak ada… tidak ada sama sekali… Ketika telah tersadar dan melihat, kita akan bertanya” ini apa, ini siapa, kenapa?” Pasti pertanyaan itu akan muncul. Ketika orang lain yang ikut andil bagian dari pembutaan kita akan merasa dirinya sangat berdosa dan bersalah, saat mereka mengingat kesalahannya, saat mereka menghitung berapa kali mereka menyakiti kita? Apa yang terbesit dalam hati kita? Ampunilah mereka, ampunilah selama kita masih bisa mengampuni, jangan membalasnya dengan melakukan kebutaan pada diri mereka, pasti hidup kita akan damai sejahtera. Biarkan mereka yang datang pada kita, biarkan Tuhan yang menjamah mereka untuk tetap berjalan sesuai kehendaknya. Dan kita juga harus mampu berpikir dua kali..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H