Matahari bersinar, burung-burung berkicau dan bernyanyi. Kubuka mataku dan kuhembuskan nafas hidup yang baru. Saat itu otakku sepenggal menerawang jauh dari balik jendela. Kuhentakkan kakiku menuju loteng atas rumahku. Terlihat hamparan warna hijau bagaikan permadani saat itu. Sawah yang terbentang luas, warna biru dilangit yang sempat mencuci mataku dan mencuri pandanganku untuk sementara waktu. Tak terdengar apapun dari telingaku, aku mulai diam dan membisu meneruskan lamunanku untuk beberapa saat. Kulantunkan sebuah lagu favoritku untuk mengiri perjalanan pagiku.
Pikiranku kembali menerawang jauh teringat 2 tahun silam, saat awal aku berada di sebuah SMA, SMA swasta yang cukup favorit di kota Solo. Maklumlah aku baru saja lulus dari sebuah SMP yang mungkin jauh 1 jam jaraknya dari kota Solo. Perjalanankupun dimulai pada awal yang baru di kota orang. Tersadar sejenak dan aku mulai tersenyum mengingat kembali masa-masa kenangan indahku yang dulu. Kenangan yang telah menjadi sebuah kotak-kotak cerita pada masaku. Ku duduk di bangku dekat pintu masuk lorong sekolahku, sepenggal kuingat masa-masa indah kenangan itu. Bising-bising teriakan, cekikikan, dan celotehan teman-temanku yang tengah asik menikmati istirahat siang sembari meringankan beban setelah usai pelajaran.
Memoriku memutar kembali. Saat itu aku ingat tengah dekat dengan seorang cowok, namanya Putra. Sepintas kuingat wajahnya yang dingin, polos, dan lugu membuatku sangat kagum dan mampu membuatku mengidolakannya. Dia seorang cowok yang biasa saja, sederhana. Namun, dalam bidang olahraga dia jagoannya deh. “Aku ingin berkenalan denganmu dan dekat denganmu.” gumamku dalam hati. Seiring berputarnya waktu kian lama namun pasti, aku menjadi dekat dengannya, menjadi sahabat, dan teman yang baik untuknya. Sampai tiba saatnya pada suatu malam di mana ketika hari itu adalah hari setelah kita menerima hasil nilai akhir kenaikan kelas kita. “Maukah kamu menjadi pacarku?” katanya malam itu. Tanpa babibu aku menjawab “Ya.” Betapa bahagianya aku, betapa bersyukurnya aku, boleh menjadi warna dihidupnya dan menjadi teman dekatnya. Jantungku berdetak kencang, hatiku berbunga, aku tersipu malu. Setelah sekian lamanya aku menunggu akhirnya aku mendapatkan jawaban yang pasti juga. Aku ingat kembali masa-masa kenangan indah yang pernah aku lalui bersama dengan dirinya, sepintas aku terkesan pada hari Valentine. Pastinya semua orang sudah tau dong apa itu hari Valentine? Itu adalah hari kasih sayang, seingatku begitu. Aku ingat ketika dia mengajakku pergi ke sebuah taman yang sering disebut dengan Taman Balekambang. Disitu tengah berkumpul sahabat-sahabatku yang lain. Beberapa saat sempat aku dibuat marah, dibuat kesal, sampai nangis sama dia. Aku lari menjauh dari tempat di mana saat itu aku duduk, di dalam pelarianku aku menangis sesenggukan. Segera aku merasa ada yang mengikutiku dari belakang. Dan kemudian tepat didepanku tengah berdiri Putra memabawakanku sebuah karangan bunga, dan 1 kardus coklat bertuliskan “ I LOVE U DEAR” dengan diiringi lagu Beautiful Girl dari Christian Bautista, ya saat itu hanya dengan music mp3 dari HP. Tapi buatku itu terkesan romantis. Belum pernah aku merasakan sesuatu yang berbeda. Dia tersenyum ke arahku “Happy Valentine Day, Sayang” katanya sambil terus melemparkan senyum manisnya ke arahku yang saat itu aku tengah menangis. Seketika aku tersenyum, berterimakasih kepadanya dan kepada sahabatku yang telah rela mungkin meluangkan waktu untuk melihat film drama korea amatiran dariku ha..ha..
Hari demi hari kulewati, bulan demi bulan juga telah kujalani. Saat bahagia dan terindah mungkin saat-saat bersama dirinya. Namun, bukan hanya dengan dirinya saja, dengan orang-orang yang menyayangi aku juga dong pastinya. Dia menjadi seorang penyemangat dan pemberi warna tambahan dihidupku. Saat aku sakit, sedih, gembira, dan apapun yang sedang aku alami dia pasti berada didekatku dan menjadi pahlawan buatku, tapi bukan pahlawan yang gugur di medan perang lho… Lebih tepatnya super hero, bukan spiderman, apalagi batman hihihi… Putih abu-abu yang penuh warna dengan adanya dirinya, sahabat dan teman-temanku yang setia menemaniku, menopang dan menyemangati aku.
Namun, semua itu telah berlalu 13 bulan akhirnya berlalu. Saat aku benar-benar merasakan luka, saat keegoisan merajai dirinya dan tak peduli lagi. Aku putuskan untuk mengakhiri hubunganku dengan dirinya, bukan berarti putus menjadi musuh. Sampai saat inipun aku menjadi saudara dan sahabat yang baik dengan dirinya, walaupun untuk move on itu susah. Semua kenangan indah bersamanya telah menjadi ukiran indah dan kotak kenangan sendiri dihidupku dan kembali layaknya 2 tahun yang lalu waktu pertama kali aku mengenal dan dekat dengannya. “ Aku menyesal, aku kecewa, aku kehilangan” kataku dalam hati sambil meneteskan air mata yang tak kunjung berhenti selama beberapa hari. Namun, Tuhan berkata lain aku tersadar dan mencoba untuk instropeksi diri. “Untuk apa menangisi seseorang yang seharusnya tak perlu untuk ditangisi, untuk apa kecewa? Kamu udah kelas 3, Nak. Sebentar lagi kamu UN dan kuliah, kamu harus lebih bisa fokus dan bisa bangkit. Biarkan itu menjadi serpihan sesal tersendiri buat kamu yang bisa membangkitkanmu dari keterpurukan.” Kata mamaku menyadarkan aku yang tengah menghampiriku memeluk dan membelai dahiku. Aku tersadar, aku mencoba kembali bangkit dan tegar. Sesaat kemudian HPku berdering kuterima sebuah pesan dari Pak Har yang berbunyi:
“ Mawar gak boleh sedih dan nagis lagi ya?
Mawar harus tetap semangat dan bangkit.
Teruslah bangkit dan berkarya.”
Kata-kata yang menguatkan aku sampai saat ini. Sesaat kemudian saat aku terbaring HPku kembali berdering dan kuterima sebuah pesan dr Om Hendy yang berbunyi:
“ Kamu bukanlah seorang putri tidur, Mawar
Jadilah seorang Barbie yang selalu semangat dan ceria
Apapun yang terjadi bangkit dan terus berkarya.”
Semua kalimat itu membangkitkan aku saat aku tengah terbaring sakit. Kuingat semua pesan dari orang-orang yang tengah menyayangi aku dengan tulus. Semua orang menyayangiku dengan tulus dan penuh kasih. Aku ingin sekali balas kasih mereka dengan ketulusan hatiku. Dengan kesendirianku aku merubahnya menjadi serpihan penyesalan yang seperti debu yang mampu membangkitkan aku. “Rencana Tuhan akan indah pada waktunya.” Kataku dalam hati. Aku tersenyum segar kembali, kulangkahkan kakiku sedikit demi sedikit namun sangat pasti aku mampu bangkit kembali.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H