Mohon tunggu...
RA Igit
RA Igit Mohon Tunggu... -

Kelahiran Gerung, Lombok, dengan sejuta pesonanya. "Nulis" untuk sekedar menjadikan patahan sejarah lebih lama diingat

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Para Penganut Islam Bungkusan

14 Februari 2011   13:34 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:36 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Bisa jadi kebencian mereka pada kelompok itu karena memang wajah, model, tubuh dan bungkus mereka sudah kayak begitu. Bisa jadi pula, mereka ini hanya penganut Islam bungkusan. Tidak senang jika bungkus mereka kayak begini, dan harus diganti dengan bungkus yang lain.

Jika anda bertanya apa yang harus dilakukan Jamaah Ahmadiyah agar mereka tidak lagi diserang lagi oleh kelompok Islam?Jawaban sebagian pihak akan begini, “ Rubahlah atribut dan simbol mereka dengan sesuatu yang tidak sama dengan Islam. Buatlah agama baru, kan selesai”. Begitu kira-kira jawabannya. Sederhana kan? Jadi persoalannya bukanlah soal Surat Keputusan Bersama (SKB) tiga menteri yang oleh sebagian pihak dianggap tidak dijalankan dengan maksimal. Bukan pula soal pertentangan I’tikad yang selama ini menjadi alasan utama penyerangan terhadap mereka.

Pelaku kekerasan berkedok agama yang dipertontonkan seminggu terakhir ini sejatinya adalah penganut Islam bungkusan itu. Semuanya serba bungkus, sampul, kulit. Urailah ajaran yang mereka fahami. Mereka santai saja mencomot ayat-ayat perang dari al-Qur’an untuk kepentingan mereka. Mereka belumlah sampai pada pemahaman bahwa semangat AL-Qur’an adalah semangat sejarah (ingat,sejarah!) yang memungkinkan manusia bisa mengambil pelajaran dari ayat-ayat perang itu, bukan malah mengamalkannya.

Lihat pula gaya hidup mereka. Nilai bungkusannya kental. Ukuran mereka bukan lagi soal style dan trand sudah mematuhi unsur-unsur inti syariat atau belum. Ukuran mereka, sudah sedemikian sukses kah mereka mengimpor spirit budaya arab dalam keseharian mereka, bukan spirit agamanya. Memakai surban, bahasanya sudah pakai ana antum,lebih mengagungkan buah kurma ketimbang buaq kesambiq, dan lain sebagainya dan lain sebagainya.Atau misal yang lain, anda yang kebetulan ikut terlibat dalam kepanitiaan pembangunan masjid dan musholla janganlah coba-coba memutar musik kesenian macam gamelan bali dan bale ganjur untuk menghibur para pekerja. Hiburlah mereka dengan alunan nada gambus meski isi lagunya mengandung makna percintaan dan erotisme. Yah, islam bungkusan.

Para penganut Islam bungkusan biasanya pula tidak memasang target muluk-muluk dalam pencapaian target dakwah mereka.Ya itu tadi, jika objek dakwah berani memoles sedikit perwajahan mereka dengan tidak merubah isi, mereka sudah senang. Anda yang kebetulan pengikut Jamaah Ahmadiyah, anda umumkan saja bahwa anda sudah taubat meski masih mengaku sang Mirza adalah manusia istimewa, masalahnya akan selesai. Muslim bungkusan itu tidak pernah menargetkan kelompok lain masuk ke dalam sistem keyakinan mereka dengan kesadaran dan ikhlas. Mereka cukup berbangga jika orang masuk islam meski karena alasan takut. Wallahu a’lamu bissawab

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun