Mohon tunggu...
RA Igit
RA Igit Mohon Tunggu... -

Kelahiran Gerung, Lombok, dengan sejuta pesonanya. "Nulis" untuk sekedar menjadikan patahan sejarah lebih lama diingat

Selanjutnya

Tutup

Nature

Masa Depan Bumi dan Pesan Rindu Tuhan

10 Januari 2011   23:01 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:44 296
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Bagaimana rupa bumi kita sekitar 100 tahun mendatang? Tidak jelas bagi saya, bahkan juga anda. Kita tidak akan bisa menyaksikannnya langsung. Bayangan ini biarlah dilihat langsung oleh generasi kita kelak, itupun jika Tuhan tidak berkenan memajukan rencana Kiamat yang menjadi ketetapan-Nya.

______________________________________________________________________________

Suatu ketika saya berkesempatan menghadiri undangan diskusi keagamaan rutin adik-adik Mahasiswa tempat saya kuliah dulu. Kami sampai pada diskusi tentang janji dan balasan Tuhan bagi hamba-hamba_Nya yang taat beribadah.

Dalam terminologi Al-Qur'an, ridho Tuhan acapkali disampaikan dalam konsep yang cukup sederhana. Tuhan jarang menggambarkan janji_Nya dalam bentuk-bentuk yang setara dengan zat_Nya. Misalnya soal janji bisa bercengkrama bebas dengan_Nya, bisa menatap wajah_Nya, dan lain-lain. Tuhan berjanji menggunakan media "makhluk" bernama sorga dengan segala keindahannya. Bukan tidak ada alasan. Tuhan ingin lebih mendekatkan manusia dengan otak pengetahuannya tentang kenikmatan. Ada bidadari-bidadari cantik, ada singgasana, dan ada taman-taman.

Dibawah ini adalah beberapa penggalan ayat Al-Qur'an yang menjadi bahan pembicaraan kami.

"Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang beriman dan berbuat kebajikan, bahwa untuk mereka (disediakan) surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai." (QS. 2:25)

Sesungguh orang-orang yang bertakwa itu dalam taman-taman surga dan (dekat) mata air (yang mengalir). Dikatakan kepada mereka, masuklah kedalamnya dengan sejahtera dan aman. Dan kami lenyapkan segala rasa dendam yang ada dalam hati mereka, mereka merasa bersaudara, duduk berhadap-hadapan diatas dipan-dipan, mereka tidak merasa lelah di dalamnya dan mereka tidak akan dikeluarkan darinya.(al-Hijr : 45-48)

Sesungguhnya mereka yang beriman dan beramal sholeh, tentulah Kami tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang mengerjakan amal(nya) dengan baik. Mereka itulah orang-orang yang mendapatkan surga 'Adn, sungai-sungai mengalir di bawahnya, dalam surga itu mereka diberi perhiasan gelang emas dan mereka memakai pakaian hijau dari sutera halus dan tebal dan mereka duduk sambil bersandar di atas dipan-dipan yang indah, itulah pahala yang sebaik-baiknya dan tempat istirahat yang indah.
(al-Kahfi : 30-31)

Fokus kami saat itu bukanlah soal bagaimana manusia bisa merasakan balasan Tuhannya. Fokus kami adalah bagaimana cara Tuhan menggambarkan surga_Nya. Dalam beberapa ayat yang kurang lebih serupa, pemaknaan surga selalu didekatkan dengan idiom sungai, air yang mengalir, taman, pakaian berbahan sutera, mata air dan lain-lain. Surga yang dimaksud adalah untaian alam yang masih perawan dengan semilir angin yang bersih dari polusi.

" Ini erat kaitannya dengan kondisi tempat dimana Al-Qur'an diturunkan, yakni tanah arab yang gersang dan tandus. Tuhan menggambarkan model surga seperti itu agar para arab jahiliah memeluk Islam," sebuah alasan yang disampaikan seorang mahasiswa.

"Al-Qur'an adalah pesan universal yang tidak tersekat tempat. Pesannya ditugaskan menelusup ke ruang dan tempat manapun, di gersangnya jazirah arab, ke dinginnya kutub, bahkan melintas di daratan tropis model Indonesia yang sejuk dan nyaman ini. Jadi tidak benar pesan Tuhan diatas dikhususkan untuk penghuni arab yang tandus," kata Mahasiswa lain.

" Jika memang demikian gambaran surga, bukankah banyak dari sudut daerah kita yang memiliki sudut serupa dengan surga? Ada air mengalir dengan air beningnya, ada batu cadas yang indah, ada perempuan-perempuan cantik bermain air mirip para bidadari. Bahkan maaf, itu lebih indah dari gambaran surga Tuhan itu," teman lain menanggapi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun