Ketika Ngawi berhasil diduduki Belanda pada 1825, berdirilah Benteng Van den Bosch. Begitulah asal mula berdirinya Benteng Van den Bosch ini.Â
Benteng Van den Bosch atau yang biasa dikenal dengan istilah Benteng Pendem Ngawi ini adalah salah satu peninggalan dari Belanda. Benteng Pendem dibangun pada abad ke-19. Pada saat itu, Ngawi memang dikenal sebagai salah satu pusat perdagangan dan pelayaran di Jawa Timur dan juga sebagai pusat pertahanan Belanda di daerah Madiun dan sekitarnya.
Mengapa pemerintah Belanda membangun benteng pendem? Tujuan Benteng Pendem dibangun oleh Belanda adalah untuk mempertahankan kekuasaannya.Â
Benteng ini dibangun oleh seorang arsitek Belanda yang bernama Jacobus von Dentzsc, dimana pembangunannya dimulai sejak tahun 1839.Â
Benteng Van den Bosch selesai dibangun pada tahun 1845 dan digunakan sebagai hunian bagi 250 prajurit tentara Belanda dan 60 pasukan kavaleri yang dipimpin oleh Gubernur jenderal ke-43 Hindia Belanda yang bernama Johannes Van den Bosch. Di dalam Benteng Van den Bosch juga terdapat enam Meriam api yang diletakkan pada beberapa sudut benteng.
Kamu bingung mau berwisata kemana? Mungkin Benteng Van den Bosch ini bisa jadi tempat tujuanmu. Dengan mengunjungi Benteng Van Den Bosch ini, kamu akan di sajikan pemandangan bangunan benteng peninggalan penjajahan Belanda yang unik dan bersejarah. Karena di Benteng Van den Bosch ini, selain kamu bisa berwisata bersama keluarga atau teman-temanmu, kamu juga bisa sekaligus belajar sejarah loh kompasianer!
Lokasi Benteng Van den Bosch ini sangat strategis karena berada tepat di kawasan pertemuan antara Sungai Bengawan Solo dan Sungai (Bengawan) Madiun. Dahulu, Sungai Begawan Solo menjadi salah satu jalur transportasi penting yang menghubungkan pesisir utara dengan wilayah pedalaman Pulau Jawa.Â
Dipilihnya lokasi itu untuk pembangunan Benteng Van Den Bosch karena Sungai Bengawan Solo dan Bengawan Madiun kala itu merupakan jalur perdagangan strategis, dimana jalur lalu lintas sungai yang dapat dilayari oleh perahu-perahu yang cukup besar sampai ke bagian hulu.Â
Kala itu perahu-perahu tersebut memuat berbagai macam hasil bumi berupa rempah-rempah dan palawija dari Surakarta-Ngawi menuju Gresik, demikian juga Madiun-Ngawi dengan tujuan yang sama.Â