Gaya hidup mewah, atau yang lebih dikenal dengan istilah "flexing", telah menjadi tren yang semakin populer dalam beberapa tahun terakhir. Meskipun ekonomi sedang sulit, banyak orang masih menunjukkan kekayaan mereka dengan cara yang mencolok dan terkadang kontroversial. Namun, apakah benar-benar penting untuk hidup mewah di tengah-tengah kesulitan ekonomi?
Flexing adalah cara orang menunjukkan kekayaan dan status sosial mereka melalui pembelian barang-barang mewah seperti mobil, jam tangan, pakaian mahal, dan sebagainya. Terkadang, flexing juga dapat melibatkan perjalanan atau liburan ke tempat-tempat mewah dan menunjukkan gaya hidup yang glamor di media sosial.
Banyak orang yang berpendapat bahwa hidup mewah adalah penting karena dapat menunjukkan status sosial yang tinggi dan memperkuat kepercayaan diri. Namun, pendapat ini tidak selalu benar. Hidup mewah sebenarnya hanya menunjukkan kemampuan finansial seseorang, tetapi tidak menjamin kebahagiaan atau keberhasilan dalam hidup.
Selain itu, hidup mewah juga dapat menjadi sumber stress dan tekanan. Orang-orang yang terlalu fokus pada kekayaan dan materialisme sering kali mengalami kesulitan dalam hubungan interpersonal, kesehatan mental, dan bahkan finansial. Hidup di atas kemampuan finansial pada umumnya dapat menyebabkan hutang yang menumpuk dan mengancam stabilitas keuangan jangka panjang.
Data menunjukkan bahwa semakin banyak orang yang mengalami kesulitan keuangan, terutama selama pandemi COVID-19 yang melanda seluruh dunia. Menurut laporan Bank Dunia, pandemi ini menyebabkan penurunan ekonomi global sebesar 5,2 persen pada tahun 2020, yang merupakan resesi terburuk sejak Perang Dunia II. Banyak orang kehilangan pekerjaan, bisnis kecil tutup, dan masalah keuangan semakin meruncing.
Pada situasi seperti ini, hidup mewah dan flexing seharusnya bukan menjadi prioritas. Sebaliknya, penting untuk fokus pada kebutuhan dasar seperti makanan, tempat tinggal, dan kesehatan. Menjaga keuangan tetap stabil dan menghemat uang untuk masa depan adalah lebih penting daripada membeli barang-barang mewah yang hanya memberikan kepuasan sesaat.
Namun, bukan berarti kita harus mengabaikan keinginan kita untuk hidup mewah sepenuhnya. Ada cara untuk menikmati kehidupan yang nyaman dan berkualitas tanpa harus mengorbankan keuangan kita.Â
Misalnya, bisa menentukan prioritas pembelian dan menghindari pembelian impulsif, memilih barang-barang berkualitas tinggi yang dapat bertahan lama, dan mencari alternatif yang lebih murah seperti menyewa barang-barang mewah atau mengambil liburan di dalam negeri.
Penting juga untuk menghindari tekanan sosial dan opini publik yang memaksa kita untuk hidup mewah. Sebaiknya fokus pada kebahagiaan dan keberhasilan jangka panjang, daripada hanya mengejar kesenangan sesaat. Menjalin hubungan yang sehat dan bahagia dengan orang-orang terdekat, memiliki hobi dan minat yang memberikan kepuasan atau kebahagiaan secara pribadi, serta mencapai tujuan hidup yang bermakna adalah kunci untuk hidup yang bahagia dan sukses.
Dalam kesimpulannya, penting untuk menghindari tekanan sosial dan opini publik yang memaksa kita untuk hidup mewah di tengah-tengah kesulitan ekonomi hari ini. Hidup mewah seharusnya bukan prioritas utama ketika keuangan sedang sulit.Â
Lebih baik fokus pada kebutuhan dasar dan menghemat uang untuk masa depan. Namun, jika kita ingin menikmati kehidupan yang nyaman dan berkualitas, ada cara untuk melakukannya tanpa harus mengorbankan keuangan kita. Yang terpenting, fokus pada kebahagiaan jangka panjang dan tujuan hidup yang bermakna. Selamat menikmati kopinya.