"..............Selama banteng-banteng Indonesia masih mempunyai darah merah yang dapat membikin secarik kain putih merah dan putih
maka selama itu tidak akan kita akan mau menyerah kepada siapapun juga
..............Dan untuk kita saudara-saudara
Lebih baik kita hancur lebur daripada tidak merdeka.
Semboyan kita tetap: Merdeka atau Mati!..........,"
Demikian sedikit penggalan pidato Bung Tomo membakar patriotisme arek-arek Suroboyo pada perang 10 Nopember 1945. Peristiwa ini terjadi sebagai bentuk pengorbanan dan tanggungjawab arek-arek Suroboyo mempertahankan Kemerdekaan yang telah diproklamirkan Soekarno - Hatta 17 Agustus 1945. Hanya berselang 3 (tiga) bulan pasca dikumandangkan Kemerdekaan RI bangsa kita sudah angkat senjata sebagai tindakan perlawanan atas niat Belanda melalui tentara Inggris yang ingin kembali menguasai Indonesia. Pertempuran hebat ini akhirnya kita kenal dan peringati sebagai Hari Pahlawan.
Pagi tadi Senin, 10 Nopember 2014 kami berkesempatan mendapatkan Undangan dari Menteri Sosial untuk menghadiri Upacara Tabur Bunga diatas geladak KRI Banda Aceh - 593 dalam rangka Hari Pahlawan. Mengingat ini adalah pengalaman pertama oleh karenanya kami tak sia-siakan kesempatan ini untuk hadir. Karena dalam undangan disampaikan bahwa kapal akan bertolak dari Terminal II PT. JICT II Tanjung Priok pukul 06:30 maka kami harus rela bangun pagi lebih awal karena seperti kita ketahui sebagai warga ibukota bahwa hari Senin biasanya macet dan membutuhkan waktu tempuh yang cukup dari Jakarta Barat menuju Pelabuhan Tanjung Priok (Jakarta Utara). Belum lagi harus berhenti beberapa kali bertanya kepada petugas untuk memastikan akses menuju terminal pelabuhan dimaksud yang menyita waktu. Akhirnya kami temukan kapal besar yang bertuliskan Banda Aceh dilambung kapal. Sementara kami memarkir kendaraan ternyata pintu akses naik ke kapal mulai diangkat/ditutup. Kamipun bergegas menghampirinya sebelum pintu tersebut tertutup rapat. Dengan penuh perjuangan dan dibantu salah satu ABK, kami akhirnya bisa naik ke kapal.
Kapal selanjutnya mulai meninggalkan Terminal. Dan selang beberapa lama tepatnya pukul 07:20 kami telah diinstruksikan untuk membuat formasi barisan diatas geladak kapal. Ada perwira dari ketiga Angkatan (TNI AL, AU, AD) dan Polri, Bintara dan Prajurit, Bea Cukai, Dharma Wanita, perwakilan Kemensos, Pramuka, Pelajar, Organisasi Kepemudaan, dll.
Selaku Inspektur Upacara adalah Ketua MPRRI bapak Zulkifli Hasan. Upacara berlangsung hening dan hikmad, dilanjutkan dengan tabur bunga dan diakhiri doa untuk para pahlawan yang telah memerdekakan bangsa Indonesia. Usai prosesi upacara peringatan selanjutnya KRI Banda Aceh memutar haluan untuk kembali ke terminal pelabuhan.
Memaknai Arti Pengorbanan
Menurut Prof. Dr. Quraisy Syihab pengorbanan berarti ketulusan, persembahan. Persembahan kepada siapapun, apalagi kepada Tuhan, termasuk kepada nusa dan bangsa.
Para pejuang kemerdekaan telah mengorbankan pikiran, tenaga, harta bahkan nyawa demi kemanusiaan, nusa dan bangsa agar bangsa ini terbebas dari penindasan.
Dalam "Dedication of Life" nya Soekarno:
"Saja adalah manusia biasa.
Saja tidak sempurna.
Sebagai manusia biasa saja tidak luput dari kekurangan dan kesalahan.
Hanja kebahagiaanku ialah dalam mengabdi kepada Tuhan, kepada Tanah Air, kepada bangsa.
Itulah dedication of life-ku.
Djiwa pengabdian inilah jang mendjadi falsafah hidupku, dan menghikmati serta mendjadi bekal-hidup dalam seluruh gerak hidupku.
Tanpa djiwa pengabdian ini saja bukan apa-apa.
Akan tetapi dengan djiwa pengabdian ini, saja merasakan hidupku bahagia,- dan manfaat.
Mewarisi nilai-nilai kepahlawanan tidaklah cukup hanya sebatas peringatan dan seremoni tanpa makna. Tanpa jiwa dan pengabdian yang tulus rasanya mustahil kompleksitas permasalahan yang dihadapi bangsa ini akan terselesaikan dengan mudah.
Berharap para pemimpin hari ini dapat menauladani kembali pengorbanan yang telah dilakukan para pahlawan dan pendiri bangsa bahwa kepentingan bangsa adalah diatas kepentingan kelompok atau golongan.
Demokrasi hanya sebuah proses, bukanlah sebuah tujuan. Politik adalah seni mengelola perbedaan. Dan jangan hanya karena perbedaan kemudian mengorbankan kepentingan rakyat, bangsa dan negara.
"Selamat Hari Pahlawan"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H