Kondisi sosial ekonomi merupakan keadaan yang berhubungan dengan keadaan masyarakat yang di lihat dari segi sosial dan segi ekonomi. Keadaan tersebut dikarenakan kebutuhan masyarakat dan cara pemenuhan kebutuhan masyarakat, dan masyarakat menyesuaikan dengan keahliannya dalam memenuhi kebutuhannya.
Untuk pekerja atau masyarakat yang mempunyai pendidikan tinggi, akan mudah untuk memperoleh penghasilan atau pendapatan yang tinggi pada umumnya, Namun tidak semua yang berpendidikan tinggi ini sesuai pernyataan tadi terkadang pekerjaan dan hasil yang besar di karenakan skill kreativitas yang tinggi dalam menjalankan sebuah pekerjaan.Â
Dan untuk masyarakat yang rendah pendidikannya sulit mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan keinginan dengan penghasilan yang tinggi. Jadi pendidikan merupakan tolak ukur SDM dalam kehidupan sosial ekonomi.
Fenomena yang terjadi di Indonesia beberapa periode ini adalah membludaknya diploma dan sarjana muda yang berlomba lomba mencari tempat untuk bekerja dan mendapatkan penghasilan tinggi di berbagai wadah pekerjaan yang telah tersedia, namun tidak semua orang terpilih dan di terima kerja di kantor ataupun tempat kerja yang bisa dikategorikan berpenghasilan rata-rata UMR.Â
Dari skala besar perhatian pemerintah terhadap banyaknya wisudawan yang tidak terealisasikan di tempat atau bangku pekerjaan merupakan sebuah tantangan kedepannya untuk Negara berkembang ini. Berbagai solusi dan inovasi selalu menghiasi kedaan sosial ekonomi di Negara ini.
Segi pendidikan memang terlihat menentukan sekali terhadap seberapa bisa mendapatkan pekerjaan yang bisa merubah status sosial dalam kehidupan, ketika seseorang yang tidak memiliki pendidikan tinggi bisa saja menganggur dan berputus asa dalam menggapai kehidupan yang lebih baik.Â
Lalu dengan orang yang memiliki pendidikan tergolong rendah apakah mereka bisa mendapatkan pekerjaan di Negara ini. Ini seakan akan memberikan tamparan bagi pemerintah untuk segera bisa membendung tangisan rakyat bawah yang tidak bisa mengenyam pendidikan dalam tingkat tinggi untuk mengangkat status sosial apalagi ekonominya.
Keadaan sosial seseorang memanglah sangat bergantung pada tingkat perekonomiannya, disini bisa terjadi perbedaan status sosial, namun perihal pendidikan tidak selalu berpihak pada yang tinggi yang sukses, dalam kiat bekerja siapa yang kerja keras dan memiliki kreatifitas dalam menekuni usahanya dialah pemenang ekonomi saat ini.Â
Sebagian besar fenomena ini terjadi di Dusun Curah Ancar Desa Rambiupuji, disini komoditas masyarakat yang tergolong berpendidikan rendah dan masyarakat cukup memiliki peluang untuk dapat memenuhi kebutuhannya dengan berbagai skill dan kreatifitas nya dalam menjalankan roda perekonomian, mereka rata rata lulusan SD dan SMP dan itu adalah tingkat yang rendah untuk tergolong dalam sistem pendidikan tinggi untuk menunjang kesuksesannya. Tetapi pernyataan ini di tolak oleh masyarakat ini yang mana masyarakat disini ber mayoritas sebagai produsen pengolahan kedelai.
Terdapat sekitar 27 pabrik pengolahan kedelai menjadi tempe, yang mampu di setiap pabrik ini membuka lapangan pekerjaan 3-6 orang disetiap pabrik, meskipun angka yang kecil untuk membantu pemerintah dalam mengatasi masalah pengangguran.Â
Deskriminasi terhadap golongan pendidikan rendah disini sangatlah tidak berlaku dalam menentukan nasib, sudah turun temurun sejak tahun 1980an di dusun ini mengelola kedelai hingga menjadi tempe, sudah berapa turunan yang mewarisi perekonomian ini, tingkat pengangguran disini sangatlah ditekan bahkan bisa tergolong tidak ada. Pada tahun 1970 itu pasti lebih rendah lagi pendidikannya.Â
Dan baru tercatat generasi keturunan di daerah ini masih ada 8 orang yang melanjutkan pendidikan di Perguruan Tinggi. Dan baru ada 1 sarjana yang itupun masih baru di 2021 ini.
Ada sekitar 18 pasar yang tersebar di kabupaten jember, ini merupakan ladang produsen ini memasarkan olahannya dan bersaing dengan olahan dari daerah lain, di setiap pasar ini telah di masuki dan pendistributoran secara merata untuk menjaga persaingan dengan sehat. Sektor ini yang mampu mengangkat kondisi sosial ekonomi yang ada di Dusun Curah Ancar.
Di dusun curah ancar mayoritas masyarakatnya adalah pedagang tempe, memproduksi tempe adalah keseharian yang rutin di lakukan didesa ini sejak tahun 1970 sampai saat ini yang terus berkembang seiring mengikuti perkembangan zaman.Â
Walaupun terlihat cukup lambat dikarenakan faktor pendidikan yang rendah, terbukti dari 27 pabrik tempe yang berada di sini hanya 5 dari produsen pabrik ini yang beriwayat pendidikan SMA dan sisanya dibawah tingkat SMA.Â
Cukup unik ketika tamatan SD bisa mengelola bisnis bahkan menjadi produsen tempe, sebuah warisan yang diturunkan orang tua kepada anak cucunya yang juga berpendidikan rendah namun bisa hebat menekuni dibidang ini.Â
Resep dalam mengelola kedelai menjadi tempe ada yang namanya fermentasi lantas dari mana pengetahuan tamatan SD,SMP,dan SMA ini faham akan hal ini di dapatkan, dari kebiasaan orang desa mengawetkan dan membusukkan makanan atau mengolah lagi makanan yang sudah tidak di konsumsi merupakan semua awal dari pengetahuan akan fermentasi.
Tokoh produsen tempe tertua yang masih hidup disini dan masih melakukan aktifitasnya walau sedikit terkendala usia, jika dihitung dari umur beliau yang berusia 61.Â
Sejak umur 12 tahun beliau membantu orang tuanya mengelola tempe dan beliau tidak meneruskan sekolah karena lebih didorong oleh orang tuanya melanjutkan usahanya di pengelola tempe, doktrin seperti ini yang ditanamkan kepada anak dan cucunya untuk mengembangkan usahanya.Â
Dari sini pendidikan bisa di artikan tidak semua ilmu berasal dari bangku sekolah tetapi pendidikan dari pengalaman kehidupan juga merupakan ilmu dari guru terbesar kita.
Produksi tempe merupakan sebuah profesi yang menjanjikan untuk mendapatkan penghasilan yang tinggi, persaingan dengan produsen lain merupakan sebuah hambatan yang terjadi ketika satu produk yang sama jenisnya di pasarkan bersama, memilih kualitas tekstur dan rasa adalah pilihan konsumen terhadap olahan kedelai ini.Â
Masyarakat dengan gambaran persaingan yang ketat bukanlah yang terjadi di dusun disini, mereka saling bahu membahu untuk mendorong sesama produsen bisa melakukan perdangannya dengan baik, mereka menyebar di seluruh pasar yang ada di kabupaten jember, memasoki kios kios dan swalayan untuk memasarkan produknya,
Musim dingin merupakan tantangan bagi pengusaha tempe karena suhu juga menentukan kualitas tempe. Saling bertukar fikiran bagaimana meningkatkan suhu untuk menjaga kualitas tempe, terdapat satu organisasi pedagang di tempat ini.Â
Yang bertujuan untuk mempererat silaturahmi antar produsen,pedagang dan pegawainya yang terhitung ada 50 orang tergabung di dalamnya. menampung aspirasi,mendengarkan keluhan, sering juga mendapat bantuan dari pemerintah akan penyuluhan, pemasaran,alat produksi bahkan juga organisasi ini mampu bermitra dengan mitra 27 , oleh oleh jember, dan beberapa swalayan yang ada di jember.Â
Terbilang cukup banyak ketika pesanan dari mitra ini meminta produk dari tempat ini, tidak mampu jika dikerjakan 1-10 produsen yang ada, pasti mereka melibatkan semua produsen tempe untuk memasok permintaan dari mitra mereka.
 Ketika satu kendala menghampiri satu orang pengelola yang lain siap menolongnya, pernah ada kejadian satu pabrik gagal memproduksi tempe Karena air kecutannya tidak bagus dan mungkin ada penyebab lain di ragi yang digunakannya. Kemudian mengontak salah satu produsen yang ada disini untuk menolongnya dengan memberikan air kecutan dengan jumlah yang lumayan banyak dan mencoba ragi yang dipakai. Sungguh indah persaingan sehat ini berkembang dengan baik disini, saling melengkapi walupun mereka sebenarnya berperang dalam perdagangan di pasar.
Di dusun Curah ancar ini, memiliki dampak social dari kegiatan produksi tempe yang secara primer dapat langsung dirasakan oleh produsen,pegawai maupun konsumen yang termasuk dalam jaringan perdagangan ini.secara langsung dirasakan oleh produsen tempe untuk meningkatkan status sosialnya lebih tinggi dari pegawai nya.Â
Lalu dari dampak primer ini pasti juga ada yang namanya dampak sekunder yang terjadi dari kegiatan ini, dampak sekunder dari kegiatan ini adalah mengurangnya angka pengangguran yang ada di Indonesia Khususnya daerah Rambipuji, karena kegiatan mampu mengangkat pekerja dan membukakan lahan bisnis bagi orang yang ingin belajar di bidang pemasaran tempe.
Dampak social ini tidak selalu dalam bidang positif dan masih ada dampak di bidang negative, contoh dampak negative dari kegiatan ini adalah timbulnya disintregasi social di masyarakat ini, lalu kegiatan kegiatan social yang dilakukan hanyalah terbatas dilingkup perdagangan untuk kegiatan social yang lain menurun tingkat partisipasinya.Â
Hal ini dikarenakn tingkat kesibukan dalam mengelola tempe lumayan menyita waktu dan hanya sedikit waktu luang yang tersisa itupun di gunakan untuk beristirahat, bagian terkecil dalam masyrakat yaitu keluarga seakan akan disampingkan karena tuntutan kebutuhan ekonomi.Â
Kegiatan ini juga mampu mengosongkan wilayah Dusun di malam hari yang dikarenakan mayoritas pedagang ini pergi ke pasar untuk memasarkan produknya, sehingga sering terjadi pencurian. Namun saat ini sudah dapat sedikit diredam dengan adanya perkumpulan pemuda yang mulai sadar akan keamanan lingkungan merupakan tanggung jawab bersama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H