Mohon tunggu...
Iqbal Iftikar
Iqbal Iftikar Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis Wannabe

Nothing was never anywhere

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Orang Indonesia Memang Tidak Takut Mati, Ya?

18 November 2016   17:57 Diperbarui: 21 Desember 2016   17:05 1366
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Orang Indonesia memang tidak takut mati, dalam arti yang seluas-luasnya.

Entah demi memenuhi kebutuhan dasar (baca: uang), membela kepentingan pribadi atau golongan, bahkan tidak demi apa pun, Orang Indonesia tidak takut mati.

Untuk yang pertama, buktinya sudah sangat jelas. Masih banyak orang yang berani menjadi bandar atau kurir narkoba demi uang puluhan juta. Ketika diinterogasi, kebanyakan akan menjawab karena sedang butuh uang padahal mereka sudah tahu hukuman mati menanti di pengadilan. Yang kedua, kita sering melihat banyak nyawa melayang sia-sia hanya karena fanatisme terhadap golongannya. Berapa nyawa melayang dari kejadian tawuran antar geng bermotor, tetapi geng bermotor tetap saja tawuran. Sudah banyak nyawa tersita dari kejadian ricuh antar suporter sepak bola, tetapi kejadian ricuh selalu saja terulang.

Orang Indonesia memang tidak takut mati.

Tapi bagaimana dengan yang ketiga? Apakah benar orang Indonesia tidak takut mati bukan demi apa pun?

Saya tidak bisa memastikan, tapi jawaban saya: mungkin. Entah karena memang tidak takut mati atau karena "ketidaktahuan" kita tentang bahaya yang mematikan itu. Ya, saya bicara tentang mitigasi bencana.

Di mata saya, orang Indonesia cenderung tidak takut mati dalam menghadapi bencana.

Buktinya, tadi pagi, ketika terjadi gempa yang cukup besar di selatan DIY, saya sedang berada di kelas di lantai tiga kampus saya. Getaran akibat gempa sangat terasa, apalagi di bangunan tinggi. Tapi apa yang terjadi di kelas? Kebanyakan orang hanya bisa celingukan melihat ke kanan-kiri seakan bertanya: 'Apa yang harus aku lakukan?' Satu dua orang meninggalkan kelas dengan tertib, tapi lebih terlihat bingung mau melakukan apa. Dosen yang sedang menjelaskan pelajaran di depan kelas pun hanya bisa terdiam kebingungan.

Saya memang tidak tahu apa yang dipikirkan oleh setiap orang. Tapi saya tidak melihat ada ketakutan di mata teman-teman saya dan dosen. Yang keluar kelas pun lebih terlihat kaget daripada takut akibat gempa.

Di akhir getaran gempa yang cukup lama itu, saya tertawa sendiri. 

Apakah saya tidak takut mati? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun