Aku diam. Memandang dirinya dari keheningan.
Dia berbalik. Diam.
Pelan menatapku dan tersenyum dibalik kebisuannya.
Kembali diam.
Kicauan ramai dalam diriku tak mampu dia dengar.
Gemuruh rasa inginku tak dapat dia dengar.
Aku tenggelam dalam imajiku sendiri.
Disaat jemarinya membimbing lembut kepalaku bertumpu ke pundaknya.
Bersama menatap buih-buih berletupan.
Bersama menanti anak-anak ombak berkejaran.
Indah. Persis seperti yang kuinginkan.
"Hei, jadi bagaimana menurutmu?"
Baling-baling besar kembali menyeretku dari negeri angan.
Menyadarkanku dia masih ada disitu, menatapku dengan senyum bisunya.
Diam. Menanti jawaban dari tugas yang sedang kita selesaikan.
Oh, Tidak. Tidak lagi Tuhan.
Biar aku hidup dalam dunia imajiku saja.
Dimana aku dan dia terus bersama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H