Malam ini aku sedang duduk di depan layar komputer. Membuka Instagram dan mencoba melihat story. Namun saat itu, aku justru terperangah. Membaca sebuah postingan yang berisikan kabar duka, dan itu dibuat oleh kawanku.Â
Awalnya aku tak tahu, mengapa demikian. Namun, setelah diingat-ingat. Aku baru sadar, postingan itu tak hanya gambar belaka, tetapi diiringi lagu Slank -- Anyer 10 Maret.
Siapa yang tak sedih, ketika mendengar lagu itu diputar? Alunan keyboard Indra Q serta suara gitar dari Pay menggenapi lagu itu membuat telinga bergetar sekaligus menggentarkan perasaan.Â
Tapi bukan sejarah lagu itu yang ingin aku ulik. Ini lebih kepada sejarah mengapa 10 Maret menjadi hari kesedihan, kehilangan, penolakan serta dendam, terutama bagi sebagian orang.Â
Beberapa tahun silam, 10 Maret menjadi hari di mana sepasang kekasih sepakat untuk saling meninggalkan. Keputusan yang sulit dan tak mudah dielak oleh sejumlah sebab dan alasan.Â
Mereka sudah mencoba saling bertahan meski banyak gempuran realita yang tak berkesudahan. Namun, tetap saja. Perjalanan dan kehilangan seperti dua sejoli yang sulit dipisahkan. Dan 10 Maret itu cukup menjadi tautan riwayat sejarah kisah mereka berdua.Â
Sejarah panjang yang telah mereka ukir, telah raib dikuasai ego orangtua bernama; status sosial. Harapan yang menjadi satu-satunya pijakan, justru malah hancur menjadi puing-puing kepulan asap yang ia isap malam ini.Â
Aku tak tahu, mengapa cinta berjalan dengan mata yang selalu kuyup?Â
Pada satu waktu, ia ingin berdamai dengan kehilangan yang membuat dirinya lungkrah. Namun, sebesar apapun upaya ia untuk melupakan, kenangan itu justru selalu bangkit. Tiap tahun, di tanggal 10 Maret ia seperti sudah menerima segala macam resikonya.Â
Dan jika memang benar tanggal 10 Maret ini menjadi penanda untuk meratapi kesedihan. Pastilah tanggal ini menjadi hari terburuk untuk mengerek rasa kehilangan. Yang pada akhirnya, ia membiarkan hari ini bekerja semaunya. Menghabiskan semua tenaga yang ia miliki untuk bersedih dan berkaca-kaca. Biar itu semua terkuras. Agar tuntas segalanya.Â
Ia sesekali bernyanyi,Â