Cinta. Namanya cinta. Sesimple itu dan sedalam cintanya pada mantan pacarnya yang memilih meninggalkan dia demi perempuan lain. Tak pernah cinta sesedih dan sesakit itu. Cinta berlarut – larut bahkan tidak keluar rumah setiap harinya hanya demi memikirkan apa yang salah pada dirinya sehingga pacarnya tega meninggalkan dia demi perempuan lain. Padahal selama ini dia merasa sudah berusaha jadi pacar yang baik. Hari demi hari, belum ada perubahan. Cinta belum bisa move on. Sampai suatu hari dia memutuskan keluar rumah untuk beli makanan. Dan saat keluar dari pintu toko, dia menabrak seseorang.
“Aduuuuh,kepalaku” kata cinta sambil memegangi kepalanya.
“Maaf maaf, kamu kenapa” kata lelaki yang ditabraknya.
“Gapapa, udah. Maaf aku yang salah, ga liat –liat tadi” kata cinta sambil berlalu.
“Eh tungguuuu…” tapi cintanya sudah pergi dan tidak menghiraukan panggilan lekaki tersebut.
Hari demi hari berlalu, tak ada yang berubah. Sampai cinta kembali ke toko itu untuk berbelanja snack buat di kamarnya. Dan tanpa diduga, dia dipertemukan kembali dengan lelaki yang ditabraknya beberapa hari yang lalu. Bedanya kali ini, lelaki itu sepertinya sengaja menabrak cinta.
“Hei, kita ketemu lagi” sapa lelaki itu.
“Kamu siapa ?” kata cinta yang belum mengenalinya.
“Ga inget ? beberapa hari yang lalu, kamu nabrak aku di sini juga”.
“Oh kamu. Maaf soal kemaren. Kamu ga kenapa – kenapa kan ? Atau ada yang luka ? ” cerocos cinta.
“Hahaha sakit ini” candaan lelaki itu.
“Sakit apa ? dimana ?” tanya cinta khawatir.
“Sakitnya tuh di sini” kata lelaki itu sambil menunjuk dadanya sambil ketawa terbahak – bahak.
Sontak aja cinta langsung cemberut. Dia merasa dibohongi. Dan kemudian lelaki itu mengulurkan tangannya untuk memperkenalkan diri.
“Rangga”
“Cinta” kata cinta membalas uluran tangannya.
“Kamu tinggal deket sini ?”
“Iya,kamu ?
“Ga sih, kemaren lewat aja”.
“Terus sekarang? Sekedar lewat juga ? Kebetulan banget ya” tanya cinta penasaran.
“ Aku ga percaya kebetulan. Setiap pertemuan pasti sudah diatur” katanya.
“Haha terus menurutmu pertemuan kita ini sudah diatur. Gitu ? Pede banget”.
“Iya,bisa saja. Kalau kamuuu…” kata lelaki itu menggantungkan pembicaraannya.
“Aku kenapa ?”
“Kalau kamu mau menerima ajakanku buat jalan”. Katanya sepolos itu.
“hah,gila ya bang. Baru juga ketemu.”
“Dan sekali ketemu orang, aku ga mau ngelepas. Gimana ? Kalau mau, kita ketemu di depan toko ini besok sore jam 4 teng.Aku tunggu,see you tomorrow ” kata lelaki itu sambil berlalu.
Cinta hanya bisa melongo dengan kepergiannya. Dia shock baru menemui orang seperti itu. Dia pun kembali ke rumahnya dengan pikiran melayang – layang dengan kejadian tadi. Sampe besok sorenya, dia tetap ragu. Buat apa dia datang, dia ga kenal juga. Tapi kan kasian nanti dia beneran datang dan nunggu. Akhirnya cinta memutuskan datang menemuinya, dan ternyata benar. Rangga masih di sana. Padahal waktu itu menunjukkan pukul 7 malam.
Setelah pertemuan itu, hubungan mereka jadi lebih dekat. Hari – harinya cinta kini sudah berubah. Dia bukan lagi orang yang berlarut – larut memikirkan mantan pacarnya. Kini hidupnya dipenuhi dan dijalani bersama Rangga. Beberapa bulan kemudian, dengan berani Rangga menyatakan untuk melamar cinta. Dan bagai pucuk dicinta wulan pun tiba, keluarga cinta menyambut baik niat baik Rangga untuk meminang anaknya. Alhasil mereka pun menikah.
Di awal pertama menikah, semua berjalan dengan sangat harmonis dan baik. Semuanya terasa sangat manis. Namun memasuki bulan ke 5, keanehan mulai dirasakan oleh cinta. Akhir – akhir ini, dia mudah sekali melupakan sesuatu. Dia merasa sangat ceroboh terhadap apapun yang dilakukannya. Namun dia tidak terlalu ingin memikirkannya. Dia tetap menyimpannya sendiri dan menganggap semuanya Cuma sementara. Memasuki bulan ke 7, dia mulai khawatir. Sekarang ini kecerobohannya sudah mulai disadari oleh suaminya,Rangga. Dia seharusnya menyiapkan baju kerja ,namun yang disiapkan malah baju tidur. Untungnya Rangga tipe orang sabar dan mengerti keadaan istrinya. Mungkin cinta juga capek. Sembari Rangga pergi ke kantor, cinta diam – diam ke dokter dan memeriksakan apa yang terjadi padanya. Dan betapa shocknya cinta, mendengar keterangan dokternya.
Nama penyakit itu terdengar asing ditelinganya. Dimensia. Bahkan untuk mendengarnya saja, cinta tidak pernah dan tidak sanggup. Ditambah dengan keterangan dokter, menerangkan bahwa dimensia merupakan penurunan fungsional yang disebabkan oleh kelainan pada otak. Orang – orang yang menderita dimensia sering tidak dapat berpikir dengan baik dan berakibat tidak dapat beraktivitas dengan baik. Oleh sebab itu, mereka lambat laun kehilangan kemampuan untuk menyelesaikan permasalahan dan perlahan menjadi emosional sehingga menjadi tidak terkendali.
Mendengar keterangan dokter, cinta menjadi linglung dan tidak tahu harus berbuat apa. Dia kemudia pulang tapi tidak menceritakan hal ini kepada Rangga. Dia berniat menyimpannya sendiri dan mencari solusinya sendiri karena tidak ingin melihat suaminya sedih. Dia kemudian rutin mengkonsumsi obat yang diberikan dokter untuk mengobati penyakitnya itu. Namun itu hanya sementara. Rasa frustasinya dia mengalahkan segalanya.Sehingga setahun kemudian, dia tidak mampu menahan rasa sakit yang dideritanya dan memutuskan untuk mengakhiri hidupnya. Tragis memang. Kisah Rangga dan Cinta berakhir disini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H