Kesuksesan banyak orang dalam hidup bukanlah karena dirinya sendiri atau dengan kedudukan harta yang kini membuatnya menjadi seorang penguasa, ternyata ada yang berjasa dibalik itu semua. Ia adalah seorang guru, mereka memberikan kita pemahaman akan arti penting sebuah pengetahuan. Selalu membimbing dengan penuh kesabaran hingga pada akhirnya dapat memperoleh cita-cita, banyak dari kita tidak sadar mengenai masalah ini.
Waktu terus berjalan, tantangan serta rintangan pada seorang guru seakan berubah secara drastis. Orang tua bercerita kalau zaman dahulu peranya sangat diperlukan di sekolah, bahkan sejumlah murid nakal tetap menunjukan rasa hormat. Tak berani untuk berbicara sembarangan, apalagi berbuat semena-mena. Jauh berbeda seperti sekarang yang mana seorang pendidik diperlakukan dengan tidak layak, sampai diancam masuk ke penjara karena suatu tuduhan.
Keadaan ini sangat miris. Tugas mereka berusaha membentuk para calon pemimpin bangsa, belum lagi harus menghadapi tugas administrasi yang sudah tak terhitung lagi jumlahnya. Hal semacam ini harus dihentikan. Apalagi tugas yang dihadapi penuh tantangan, selain itu belum dibarengi dengan kenyamanan psikologi di lingkungan sekolah. kini para guru khawatir untuk menegur anak didiknya.
Dilansir dari situs resmi Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia, mencatat sejumlah masalah sosial di sekolah yaitu :
. Tidak mau bekerja sama / bergotong royong                              Â
. Perkelahian antar siswa
. Membolos
Dari ketiga masalah utama tadi, nyatanya merupakan suatu keadaan yang berulang  terjadi sampai sekarang . Belum adanya usaha optimal dari sekolah, guru, dan pihak terkait agar tindakan seperti ini tidak berulang lagi. Peran guru sesuai dengan konsep yang dicetuskan oleh Ki Hajar Dewantara adalah menuntun pada anak-anak agar memperoleh kebahagiaan baik sebagai manusia atau anggota masyarakat.
Dalam proses mewujudkanya, para peserta didik diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk mengembangkan potensi minat dan bakatnya sebagai individu yang unik, akan tetapi sifat guru ialah mengarahkan agar tidak kehilangan arah serta mampu menghindari bahaya dalam proses belajarnya. Sejatinya ini adalah proses ideal serta perlu disebarluaskan, tetapi kenyataan di lapangan selalu berkata lain.
Banyak siswa dituntut agar bisa memahami semua pelajaran, paling tidak ketika diujikan pada Ujian Tengah Semester (UTS) serta Ujian Akhir Semester (UAS) bisa memperoleh kriteria ketuntasan minimum (KKM). Tekanan seperti ini membuat budaya kecurangan semakin marak terjadi, sehingga para siswa belum mengetahui tujuan sebenarnya mereka belajar setiap hari di sekolah.