Mohon tunggu...
KKN RDR 131 UIN WS
KKN RDR 131 UIN WS Mohon Tunggu... Mahasiswa - خَيْرُ الناسِ أَنْفَعُهُمْ لِلناسِ

“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia”

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Melestarikan Tradisi Manaqiban, Mewujudkan Masyarakat yang Agamis di Era Pandemi Covid-19

22 November 2021   21:27 Diperbarui: 22 November 2021   21:31 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dok. kegiatan manaqib di rumah warga

Dunia  kini  sedang  dilanda  wabah  Corona  Virus  Disease  (Covid 19).  Virus mematikan yang pertama kali muncul di Kota Wuhan, Cina, ini telah menyebar ke  lebih  dari  200  negera  di  dunia,  termasuk salah  satunya Indonesia, Negara yang  mayoritas  warganya  beragama  Islam.  Berbagai  kebijakan  telah  diambil oleh para kepala negara untuk memotong mata rantai penyebaran Covid-19 ini. Selain  menimbulkan masalah  besar  terhadap  kesehatan,  ekonomi,  sosial, dan politik, yang tidak  kalah  menariknya  lagi,  implikasi  Covid-19  juga  telah memasuki  ranah  keagamaan.

Seiring berjalannya waktu dimana virus corona ini masih menjadi momok tersendiri bagi masyarakat di Indonesia, untuk mengatasinya salah satunya yaitu perlu dilakukan optimalisasi atau penguatan agama dengan meningkatkan ritual ibadah di lingkup terkecil seperti desa. Ritual ibadah adalah cara individu bercengkrama dengan Tuhannya, meminta dan berharap pertolongan dari Tuhannya. Ritual ibadah bagi umat muslim yaitu seperti sholat 5 waktu, berpuasa dan lain sebagainya, hal ini dikerjakan bagi setiap umat muslim sebagai bentuk keyakinan dirinya akan Tuhannya.

Dengan adanya kegiatan yang berupa manaqib, mahasiswa KKN dapat ikut serta dalam menguatkan agama di tengah pandemi covid-19. Kegiatan ini dilakukan setiap 2 minggu sekali dengan dihadiri beberapa warga 1 RT dan dipimpin oleh seorang ustadzah untuk membaca bacaan manaqib. Pembacaan manaqib ini dilakukan dengan tujuan agar masyarakat dapat memohon ridha Allah SWT dan mengaharap barakah dari wali Allah, yakni Syeikh Abdul Qadir Jailani. Sedangkan manfaatnya adalah bisa membawa ketenangan batin dan hajatnya terpenuhi serta rezekinya barakah.

Dari kegiatan manaqib ini dapat diambil nilai religius atau keagamaan yakni bahwa manaqib sebagai suatu aktivitas yang dipandang mempunyai manfaat bagi agama dan hal-hal yang berhubungan dengan agama khususnya dalam pembinaan akhlak dan kepribadian masyarakat. Hal tersebut karena praktik-praktik yang terdapat di dalamnya banyak mengandung bacaan-bacaan mulia yang dianjurkan bahkan diperintahkan oleh agama Islam. Sehingga dengan adanya kegiatan ini, maka dapat membentuk masyarakat yang agamis.

Jika umat muslim menghayati setiap makna ritual ibadah yang dikerjakannya akan menumbuhkan keyakinan yang lebih kuat lagi. Jika keyakinan kepada Tuhannya kuat maka individu akan merasa sangat aman, karena mereka akan sangat percaya bahwa segala sesuatu merupakan ketentuan dari-Nya, individu akan memiliki sebuah pegangan yang disebut pegangan iman. Dengan demikian, dengan sendirinya akan merubah konsep berfikirnya yang takut akan wabah virus Covid-19 menjadi sebuah keyakinan bahwa Allah SWT senantiasa akan melindunginya. Konsep berfikir seperti inilah yang akan membuat imun manusia selalu terjaga dan tentunya kecemasan adanya wabah corona akan hilang karena individu sudah merasa pasrah kepada sang penciptanya tidak ada lagi rasa takut pada dirinya, karena memang segala sesuatu yang terjadi sudah ketentuan dari Allah SWT.

Sebagai umat yang beragama, hendaknya kita menyikapi bencana yang tengah melanda dengan lapang hati dan memandang dari sisi baiknya. Janganlah kita menyikapi pandemi Covid-19 ini secara berlebihan sehingga kita tidak dapat berfikir dengan sisi positif Karena terlalu cemas tentang sesuatu yang telah diciptakan oleh Allah. Kita sebagai umatnya cukup bersyukur, berdoa meminta perlindungan dan menjalankan syariat yang telah di perintahkan oleh-Nya.

Terlepas dari semua itu, tetaplah mematuhi protokol yang telah ditetapkan oleh pemerintah atau jajaran yang terkait, dengan kata lain bahwasanya memang segala sesuatu tidak lepas dari kehendak Allah SWT. Akan tetapi berusaha mencegah terjadi keburukan juga merupakan ikhtiar yang di anjurkan oleh Allah SWT. Kepada kita hambanya, untuk itu marilah sebisa mungkin kita hindari potensi apapun yang bias membuat kita terinfeksi wabah tersebut, senantiasa menjaga kesehatan dan kebersihan tubuh kita dengan senantiasa berwudhu sebagai modal hidup di dunia dan di akhirat. Menjaga jarak dengan seseorang yang terinfeksi dan terapkanlah social distancing serta bertawakal kepada Allah SWT dan yang paling penting adalah memperbanyak mengingat Allah dengan ibadah dan pengetahuan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun