Pada November 2021, Gubernur Jawa Timur menetapkan SDN Pandanrejo 02 sebagai sekolah adiwiyata pada tingkat Provinsi Jawa Timur. Tak berhenti pada tingkat provinsi, Kepala Sekolah SDN Pandanrejo 02 di Batu, Dewi Nugraheny, dalam survei pelaksanaan kegiatan pada Jumat (14/7/2023), mengatakan bahwa pada tahun ini pihak sekolah akan mengajukan SDN Pandanrejo 02 sebagai sekolah adiwiyata pada tingkat nasional.
Iffah Nur Kharisma, selaku Koordinator Desa MMD UB Kelompok 965, menyatakan bahwa dengan adanya target untuk menjadi sekolah adiwiyata tingkat nasional, tentu menjadi kesempatan untuk turut membantu dan mendukung pelaksanaan program tersebut. Hal tersebut mereka berusaha wujudkan melalui penanaman karakter dan pendidikan terkait lingkungan dan kesehatan. Materi yang disampaikan mencakup global warming, hidup sehat, pengenalan makanan sehat, serta pelatihan agrieducation melalui praktek menanam dan mengolah barang bekas menjadi barang yang bermanfaat.
Program kerja ini dilaksanakan pada hari Kamis (20/7/2023) di SDN Pandanrejo 02. Kelompok dibagi menjadi dua tim dengan fokus yang berbeda, yaitu tim dengan fokus kesehatan di kelas empat dan tim dengan fokus lingkungan untuk kelas lima.
Pada siswa-siswi kelas empat, program kegiatan dimulai dengan melakukan sarapan sehat bersama. Setelahnya, mahasiswa/i MMD UB melakukan sosialisasi dengan memberikan materi mengenai Hidup Sehat serta Pengenalan Makanan Sehat. Selanjutnya, ditutup dengan melakukan games terkait dengan dua materi yang telah disosialisasikan sebelumnya. Melalui kegiatan tersebut, siswa-siswi dapat belajar secara menyenangkan karena pembelajaran dikemas secara interaktif dan tidak monoton.
Sementara pada siswa-siswi kelas lima, program kegiatan dimulai dengan melaksanakan sosialisasi mengenai Global Warming yang dilakukan di ruang kelas lima. Selanjutnya terdapat kegiatan praktek, siswa-siswi dibebaskan untuk memilih mengikuti kegiatan Agrieducation maupun Pengolahan Barang Bekas. Pelatihan Agrieducation yang dilakukan berupa praktek menanam, atau mereka juga dapat memilih praktek pengolahan barang bekas di halaman sekolah. Pengolahan barang bekas berupa mendaur ulang ban mobil bekas untuk menjadi kursi dan meja di taman.
“Seluruh kegiatan berjalan dengan lancar, materi dan nilai yang disampaikan oleh anggota kami pun mudah dipahami oleh siswa-siswi. Para siswa juga senang karena menggunakan media pembelajaran yang interaktif, ada games, dan praktek sehingga pembelajaran tidak monoton dengan hanya mempelajari berupa teori saja,” kata Iffah
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H