Mohon tunggu...
Iffah Mardliyah
Iffah Mardliyah Mohon Tunggu... Lainnya - Alumni UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Peminat Kajian Sosial dan Pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Nasib Kelangsungan Hidup Guru Honorer di Ujung Tanduk

11 Oktober 2024   10:11 Diperbarui: 11 Oktober 2024   15:40 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Menjadi guru itu bukan profesi, tidak melulu persoalan gaji”, stigma ini harus sedikit dirubah, karena pada kenyataannya guru itu sebuah profesi yang sangat layak sekali untuk mendapatkan tunjangan secara transparan dari pemerintah. Rasanya kurang adil jika seorang guru yang bekerja sepenuh hati dengan ikhlas tidak mendapatkan upah. Tidak sedikit guru-guru terutama di pelosok yang jauh dari akses sarana pendidikan yang sangat memadai dan dengan kondisi ekonomi mereka yang terbilang sekedar cukup, harus belajara lebih ikhlas dan sabar mengajar siswa-siswi tanpa imbalan.

Sungguh besar jasa seorang guru kepada seorang siswa, namun mereka juga mempunyai kebutuhan untuk keberlangsungan kehidupan mereka dan keluarganya. Melihat salah satu kasus Pak Alvi yang merupakan seorang guru honorer yang usianya sudah tidak muda lagi dan telah mengajar selama 36 Tahun. Besaran gaji yang diterima oleh pak Alvi tidak bisa mencukupi kebutuhannya, sehingga harus melakukan banyak pekerjaan sampingan, bahkan sampai memulung untuk mencukupi kebutuhannya.

Keresahan ini juga muncul dikalangan anak muda lulusan sarjana pendidikan, karena sebagian besar diantara mereka ketika memutuskan mengambil jurusan tersebut sudah harus berlatih untuk ikhlas, karena mengingat upah guru di Indonesia sangat minim, terutama guru honorer. Jadi tidak heran jika banyak anak muda saat ini mereka lebih memilih bekerja di dunia intertaiment, menjadi vlogger dan pekerjaan lainnya yang dianggap lebih menjamin hidupnya.

Lalu bagaimana pemerintah pengatasi problematika yang kian terjadi dan tak kunjung selesai, apakah hanya sekedar perubahan kurikulum dari tahun ke tahun, apakah hanya perubahan jadwal atau konsep seragam?, lalu bagaimana dengan kebijakan tentang upah gaji honorer?. Jika kita lihat masih banyak guru honorer muda saat ini yang mengupload kegiatan mengajar mereka di dalam kelas, salah satunya untuk memberikan pengalaman tambahan bagi guru lainnya, namun tidak dapat dipungkiri hal itu juga salah satu cara untuk mendapatkan upah tambahan dari kegiatan tersebut.

Mengingat kasus yang terjadi pada Pak Alvi saya rasa masih banyak pak Alvi lainnya yang mungkin belum tersorot di media sosial. Untuk itulah sangat penting memperhatikan kembali tentang upah guru yang juga mempunyai beban kelangsungan hidup dan juga mempunyai beban membantu para siswa untuk bisa membaca, menulis dan masih banyak pekerjaan administrasi lainnya yang harus dipenuhi. Semoga pemerintah benar-benar memperhatikan hal-hal demikian, tidak hanya memperhatikan insftrastruktur yang kian merajalela, namun masih banyak rakyat yang kesusahan. Coba kita perhatikan kembali nasib guru honorer yang hanya berbekal ikhlas dan pengabdoian kepada lembaga pendidikan, terutama lembaga pendidikan swasta yang ada di desa pelosok yang tujuan utamanya membantu masyarakat sekitar agar melek pendidikan, mereka memang tidak mengeluh langsung di depan siswa, namun mereka juga butuh penghargaan secara finansial, sehingga tidak sedikit pula di kampung-kampung para guru memilih untuk bekerja sebagai petani, sebagai nelayan dan pekerjaan lainnya yang dianggap lebih memadai untuk kebutuhan sehari-hari.

Semoga kedepannya ada kebijakan-kebijakan nyata dalam mengupayakan mensejahterahkan guru honorer secara merata. Menjadi seorang guru juga mempunyai banyak tuntutan, tuntunan dari orang tua siswa, tuntutan dari pemerintah dan tuntutan dari peserta didik. Menjadi guru harus bisa memahami kondisi psikologis peserta didik, dan juga mapu menjaga diri dari hal-hal yang terlihat kurang baik jika dilihat oleh peserta didik. Seharusnya dengan hal-hal seperti itu mereka sangat layak mendapatkan upah yang terbilang bisa memenuhi dan mencukupi kebutuhan kehidupan mereka sehari-hari. Dan untuk para guru yang sudah menjabat sebagai ASN yang tentunya mendapatkan upah dan tunjangan lebih dari guru honorer, maka bekerjalan dengan lebih ikhlas lagi dan juga lebih banyak bersyukur, meskipun pada realitanya mereka juga dipenuhi lebih banyak pekerjaan administrasi dan lainnya. Terimaksih untuk para guru Indonesia yang senantiasa membantu para siswa untuk bisa menjadi orang-orang hebat dan sukses sesuai versinya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun