Mohon tunggu...
Ifa Hikmah
Ifa Hikmah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Salah satu mahasiswa di Semarang yang suka dengan membaca, menulis, dan tertarik dengan desain.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Siniar: Ancaman dan Masa Depan bagi Radio

5 Desember 2022   21:00 Diperbarui: 5 Desember 2022   21:07 843
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Unsplash/Nacho Carretero Molero

Radio pernah menjadi primadona bagi anak muda pada zamannya. Bahkan, radio memiliki nilai sejarah bagi bangsa Indonesia. Bagaimana tidak? Kemerdekaan Indonesia pertama kali disebarkan melalui media ini sehingga radio menjadi media favorit bagi pendengar setianya. Kini hal tersebut hanyalah sebuah cerita dengan semakin banyaknya pilihan hiburan yang tersedia. Media konvensional seakan tertinggalkan. Perkembangan jaman memang suatu hal yang tidak bisa terhindarkan. Media konvensional seperti radio harus mencari jalan untuk tetap relevan di masa sekarang.

Radio awalnya hanya menjadi media berita dan informasi. Namun, kini konten siaran radio telah merambah ke berbagai aspek seperti pendidikan, dakwah, hiburan, dan sosial. Siaran radio analog konvensional saat ini sebenarnya masih bertahan karena jangkauannya mencapai pendengar tanpa koneksi internet. Akan tetapi, konvergensi di dalam dunia radio diperlukan untuk menjaga eksistensi radio itu sendiri di era digital seperti ini. Pasalnya saat ini siniar atau yang kita kenal dengan podcast lebih eksis di kalangan anak muda jaman sekarang. Meskipun bagi sebagian orang radio masih menjadi teman setia saat sedang mengemudi, naik bis kota, kerja, memasak, dan waktu santai.

Agar radio tetap eksis di masa mendatang, industri radio juga harus mulai mendekatkan diri dengan anak muda jaman sekarang. Radio masa kini harus menciptakan berbagai ide kreatif serta berani bertaruh pada digitalisasi demi meraih minat anak muda. Jika masih banyak peminat dan terjadi regenerasi terhadap anak muda untuk suka mendengarkan radio maka tentu saja radio akan tetap bertahan dan eksis di tengah gejolak perkembangan teknologi digital ini. Selain itu, media konvensional seperti radio perlu mengikuti apa yang sedang digandrungi saat ini dalam menciptakan suatu konten. Hal tersebut dikarenakan relevansi dengan apa yang sedang diminati oleh pendengar merupakan kunci utama untuk menarik minat di antara maraknya konten digital.

Radio bisa bertahan karena radio itu sebenarnya hanyalah sebuah medium. Saat teknologi berkembang, radio memiliki jangkauan lebih luas melalui saluran-saluran tanpa frekuensi. Ke depannya adaptasi-adaptasi terhadap perkembangan jaman perlu dilakukan. Selain itu, industri radio juga jangan hanya berfokus kepada pesaing sesama radio tetapi harus peka terhadap audio content creator seperti siniar atau podcast.

Radio sebenarnya tidak perlu merasa terancam dengan adanya siniar, justru dengan adanya pesaing baru seharusnya menjadi pacuan bagi media konvensional untuk terus berinovasi. Selain itu, dengan adanya siniar sebenarnya masih terdapat harapan dan sisi positif yang diterima oleh radio. Karena dengan semakin besarnya pasar siniar, akan semakin banyak pula orang yang menikmati konten berupa obrolan. Dengan begitu radio pun perlu menyesuaikan strategi program agar lebih didengarkan.

Kuncinya adalah pada menghadapi dan adaptasi. Kalau teknologi digital dipandang sebagai ancaman, tentunya radio akan tergilas, tetapi jika dipandang sebagai teknologi (yang memiliki tujuan memberdayakan) seharusnya menjadi titik penting dalam upaya memperpanjang daur hidup industri radio itu sendiri. Saat ini, tidak sedikit pula radio yang tidak berhenti pada frekuensi saja, tapi juga bermain di platform digital seperti media sosial (YouTube) untuk membangun engagement dengan pendengar. Sama halnya dengan memanfaatkan podcast untuk menjangkau pendengar baru.

Siniar atau podcast sendiri awal mulanya adalah dari siaran Radio. Sifat penyiaran radio sama seperti podcast (komunikasi suara satu arah), hanya saja radio terbatas dalam frekuensi dan fleksibilitas. Jika podcast bersifat online dan bisa didengar dimana saja dan kapan saja. Adanya kedua industri ini jika dipandang lebih positif bukanlah untuk saling membunuh satu sama lain, melainkan untuk saling berbagi kebutuhan dari pendengar. Radio bisa diibaratkan sebagai surat kabar atau koran yang informasinya penting dan cepat, sedangkan siniar atau podcast lebih seperti majalah yang sifatnya timeless yang lebih cair dan santai tapi keduanya punya kunci masing-masing untuk mengoptimalkan fungsinya agar pada akhirnya pendengar membutuhkan kedua-duanya. Akankah radio berhenti mengudara? Selalu optimis dengan industri radio yang akan semakin berkembang ke depannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun