Selama ini, kebanyakan orang,termasuk saya sendiri, mungkin menganggap berberes sebagai ketrampilan dasar, tidak perlu dipelajari, karena nanti pasti bisa sendiri. Namun, hasilnya? Tidak perlu rumah, kamar 3x4 meter pun bawaannya berantakan terus. Kamar yang sudah diberesin, tidak lama kemudian berantakan lagi.
Saya juga sering mendengar statement terkait berbenah seperti, “Rapihkan ruangan satu per satu saja,” atau “Barangnya rapihkan sedikit-dikit saja, setiap hari.” Tetapi, siapa sangka urusan berbenah ini ternyata tidak hanya sekedar urusan teknik merapikan dan menyimpan barang, bahkan sampai berkaitan dengan cara berpikir dan gaya hidup, lho.
Beberapa waktu yang lalu, saya mengikuti kelas bedah buku Marie Kondo yang berjudul The Life-Changing Magic of TidiyingUp. Di sanalah saya semakin menyadari bahwa berbenah juga erat kaitannya dengan cara berfikir dan gaya hidup. Buktinya adalah saya sering banget bilang, “saya ini orangnya memang berantakan, mau serapih apapun juga nanti tetap berantakan.” Ini saja saya sudah labelling negatif ke diri sendiri yang akhirnya berdampak ke gaya hidup saya. Dari kelas itulah, saya juga dapat mengenal seni berberes dan merapikan dengan Metode Konmari.
Metode Konmari diinisiasi oleh Marie Kondo. Marie Kondo, jauh sebelum menulis bukunya, adalah orang yang sedari kecil sangat suka berbenah. Tetapi, beliau juga suka kesal sendiri jikalau tidak lama dari berbenah semuanya jadi berantakan lagi. Ekstrimnya, beliau mulai membuang barang-barang yang ada di rumahnya. Hal itu, bertujuan agar beliau bisa mendapat kondisi yang menurut beliau “rapi dan bersih”. Pada satu titik, akhirnaya Marie menyadari bahwa ada yang salah dengan cara pandangnya selama ini tentang berbenah. Berbenah hanya diartikan rapi, bersih, dan indah olehnya. Jikalau seperti ini maka percayalah bahwa semuanya tidak akan bertahan lama. Hal ini, dikarenakan aktivitas, gaya hidup, kebiasaan, karakter yang belum diterapkan secara konsisten.
Selama ini, saya memiliki berbagai macam kebiasan terkait berbenah. Mulai dari sayang menyingkirkan baju yang sudah lama tidak terpakai dan mungkin sudah sempit, berharap suatu saat nanti dapat terpakai. Hobi membeli buku, tetapi jarang dibaca, dan kebiasaan lainnya.
Tetapi, sebelum memulai berbenah yang perlu dilakukan adalah mengubah minset. Kita dituntut berfikir dan merenungi mengapa kita harus berbenah. Dalam bukunya, Marie Kondo mengajak kita memikirkan cara pandang baru tentang berbenah. Berbenah bukan sebagai tujuan akhir tetapi malah sarana buat kita merumuskan ideal lifestyle yang kita inginkan. Di sinilah kita dituntu untuk membayangkan ideal lifestyle yang kita inginkan. Misalnya, saya ingin bisa memasak untuk keluarga saya setiap hari. Dari hal itu, pasti kita menginginkan dapur yang rapi. Jadi, tetapkan tujuan, strong why, tuliskan ideal lifestyle kita.
Setelah mengubah minset kita terkait berbenah, kita masuk kepada tidying festival alias festival berbenah. Disebut festival berbenah dikarenakan dalam metode KonMari hanya dilakukan 1 kali seumur hidup dan dilakukan secara besar-besaran. Setelah itu, kita hanya perlu melakukan maintenance saja.
Dalam bukunya, Marie Kondo menyatakan bahwa kamar yang berantakan adalah cerminan dari pikiran yang berantakan.
Bahkan habbit berantakan ini sejatinya adalah refleksi instingtif untuk mengalihkan perhatian kita dari permasalahan yang kita hadapi, alias kabur dari masalah.
Teknik pada buku Marie Kondo, seperti : membereskan dimulai dari per kategori, bukan per lokasi, lakukan proses beberes dalam satu waktu khusus, dan lakukan secara total dengan mengeluarkan barang-barang dengan kategori sama, sampai dengan fokuslah menyimpan barang yang membawa kebahagian pada diri kita (spark joy), bukan pada barang-barang yang ingin disingkirkan. Di sinilah terkadang kita akan merasa bingung ketika ingin menyimpan barang-barang yang membawa kebahagian itu, karena seringkali kita dibingungkan dengan perasaan “sayang” menyingkirkan benda-benda tersebut. Atau ketika ada perasaan bersalah menyudahi masa bakti barang-barang kenangan kita. Tapi ada kata-kata mbak Marie yang bagus banget, “Yang harus kita hargai baik-baik bukanlah kenangan, melainkan diri kita sekarang. Tempat yang kita tinggali saat ini adalah untuk diri kita yang sekarang bukan diri kita pada masa lalu.” Lalu, bagaimana bisa dengan berbenah kita bisa mengubah kehidupan kita kemudian? Ternyata judul buku ini memang gak main-main sih, karena secara tidak langsung ketika kita mengeliminasi beberapa benda dalam kehidupan kita dan memutuskan menyimpan yang spark joy saja, hal itu mengaktifkan sensor kebahagian dalam diri kita, tidak hanya terbatas pada barang tapi dalam menjalani kehidupan itu sendiri.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!