21 September 2016, tepat jam 21.15, saya sampai di kostan tercinta. Baru terasa lagi sekarang lelahnya menjalankan banyak sekali aktivitas kampus, yang di antaranya adalah kuliah, lomba, organisasi, dan kepanitiaan. Rasanya malam ini saya ingin sekali tepar, dan tidak terbangun lagi sampai jam 12 siang besoknya.Â
Sayangnya jadwal kuliah besok berkata lain. Ya, jam delapan pagi saya harus sudah siap duduk di kelas sambil melakukan kuis yang materinya belum saya pelajari sama sekali, dua bab pula. Akhirnya, saya relakanlah waktu tidur terlelap di kasur demi membaca buku yang tebal nan membosankan.
Setelah 5 menit berkutat di buku dengan otak saya yang tidak mau memproses informasi dari buku tersebut, saya lalu tersadar. Terbesitlah satu pertanyaan di kepala saya.
'Ngapain ya malam ini gue belajar?'
Akhirnya saya menyalakan satu batang rokok. Saya terdiam sambil menikmati malam sunyi di kostan tercinta yang terletak di belakang SPBU jalan Margonda ini. Sekarang, satu batang rokok ini menjadi saksi bisu tersesatnya saya dalam kehidupan yang penuh dengan kemungkinan ini.Â
'Lu idup mau ngapain van?'
Bergumam sendiri, saya lalu mengatakan pada diri saya sendiri bahwa saya ingin hidup berkecukupan, dan memiliki kehidupan simpel di mana saya bisa bahagia dengan orang yang saya cintai dan dengan sedikit mungkin distress dalam kehidupan saya.Â
Eh, sebentar deh! Lalu, untuk apa ya saya belajar? Kalau tujuan saya adalah seperti yang saya katakan di atas, bukannya hal yang harus saya lakukan adalah membuat bisnis yang menghasilkan passive income? Lalu menikah dan hidup bahagia di sebuah kota kecil yang indah, betul kan? Ngapain saya harus belajar dan punya nilai besar dalam kuis besok?
Memang goblok saya ini. Niatnya mengejar 'X', malah mengerjakan 'Y' yang sudah jelas-jelas konsekuensinya adalah 'Z'. Ngalor ngidul, bukannya fokus.Â
Hmm, atau mungkin, saya sebetulnya tidak sungguh-sungguh dengan tujuan hidup saya ya?Â
Ah, entahlah, hidup terkadang memang tidak jelas.