Aturan moral dipahami berdasarkan otoritas. Anak tidak melakukan pelanggaran aturan moral karena takut ancaman atau hukuman. Tingkat pra-konvensianal dari penalaran moral ini umumnya ada pada masa kanak-kanak, walaupun orang dewasa juga dapat menunjukkan penalaran dalam tahap ini. Seseorang yang berada dalam tingkat prakonvensional menilai moralitas dari suatu tindakan berdasarkan konsekuensinya langsung.Â
Tingkat pra-konvensional dibagi menjadi 2 tahapan, yaitu:Â
Tahap 1: Orientasi hukuman dan kepatuhan Pada tahap ini, akibat-akibat fisik perbuatan menentukan baik-buruknya tanpa menghiraukan arti dan nilai manusia dari akibat tersebut. Anak hanya semata-mata menghindari hukuman dan tunduk pada kekuasaan tanpa mempersoalkannya.Â
Tahap 2: Orientasi relativis-instrument Pada tahap ini perbuatan yang dianggap benar adalah perbuatan yang merupakan cara atau alat untuk memuaskan kebutuhannya sendiri dan kadang-kadang juga kebutuhan orang lain. Anak tidak lagi secara mutlak tergantung pada aturan yang berada di luar dirinya yang ditentukan orang lain. Anak mulai sadar setiap kejadian mempunyai beberapa segi yang bergantung pada kebutuhan (relativisme) dan kesenangan seseorang (hedonisem). Perilaku yang benar didefinisikan dengan apa yang paling diminatinya.Â
Tingkat 2: Konvensional
 Adalah tingkat kedua atau tahap menengah dalam teori Kohlberg. Pada tingkatan ini internalisasi masih setengah-setengah (intermediate). Anak patuh secara internal pada standar tertentu, tetapi standar itu pada dasarnya ditetapkan oleh orang lain, seperti orangtua, atau oleh aturan sosial. Tingkat kedua ini terdiri dari 2 tahapan:
 Tahap 1: Orientasi kesepakatan antara pribadi atau disebut orientasi 'anak manis' Pada tahap ini anak mulai memperlihatkan orientasi perbuatan yang dapat dinilai baik atau tidak baik oleh orang lain atau masyarakat. Sesuatu dikatakan baik dan benar apabila sikap dan perilakunya dapat diterima oleh orang lain atau masyarakat.Â
Tahap 2: Orientasi hukuman dan ketertiban Pada tahap ini anak menunjukkan perbuatan baik dan benar bukan hanya agar dapat diterima oleh lingkungan masyarakat sekitarnya. Tetapi juga tertuju agar dapat ikut mempertahankan aturan norma/nilai sosial yang memiliki nilai kewajiban dan tanggung jawab moral untuk melaksanakan aturan yang ada.
Kesimpulan
 Kohlberg menekankan bahwa kunci untuk memahami perkembangan moral adalah penalaran moral dan bahwa penalaran ini melewati beberapa tahapan. Kohlberg mengidentifikasi tiga level perkembangan moral yaitu prakonvensional, konvensional, dan pasca konvensional, dengan dua tahap di setiap levelnya. Saat individu melewati tiga level tersebut, pemikiran moral mereka menjadi makin terinternalisasi, yang berarti perubahan perkembangan dari perilaku yang dikontrol secara eksternal ke perilaku yang dikontrol secara internal.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H