Rumah yang kutinggali memang sudah tua, dibangun sekitar sama dengan usiaku. Dengan chat yang berwarna hijau muda. Tanaman didepan rumah tetap menghiasi dengan indah. Di sebelah rumah terdapat kebun dan hutan yang menjadi sumber bahan pangan masyarakat dusun sini. Adanya yayasan yang menyiapkan pendidikan formal maupun non-formal yang membuat ramai kegiatan disetiap harinya. Rumah yang sangat luas dan di bagi 2 bagian dengan kakek. Karena dulunya tanah bersama. Dan sekarang rumah ini hanya ditinggali keluarga besar kami Ibu, ayah, aku dan kedua kakakku.
Kuliahku terbilang berat, karena di iringi dengan kegiatan mengajar di yayasan dan bekerja membantu di kantor Desaku sendiri. Sibuk, pusing itu hanyalah ungkapan saja. Bagaimana lagi ! Mencari ilmu juga tidak murah. Mencoba hal baru itu lebih menantang, Apalagi bentuk dorongan semangat dari kedua orang tua.
Kata Ayah, “Tak ada cara lain untuk menemukan jati dirimu, selain menceburkan diri ke dalam lautan yang asing bagimu.” Lautan ituku artikan sebagai kegiatan-kegiatan positif. Mulai dari kegiatan sosial, turun desa, pelatihan bisnis, sampai organisasi seputar desa dan agama aku ikuti. Masalah manfaat adalah nomor dua, yang terpenting aku pernah mencoba semuanya.
“Ga setelah lulus kamu mau bekerja sebagai apa? Tanya kakak kepadaku.
“ Kalau bekerja sudah di desa, kalau bekerja setelah lulus untuk mencari pengalaman lain masih belum terfikirkan” Aku memulai curhat bebas, menunggu respon Kakak.
Setelah berpikir sejenak, “aku maunya sih, Kamu aktif di kegiatan organisasi yang nyangkut langsung sama cita-cita kamu, sekalian belajar dan membangun karir.”
“Bener juga sih, tapi tetep aja gue bingung.” Aku tak puas dengan jawaban kakak.
“Apapun pilihannya asal kamu totalitas pasti nggak bakal nyesel.” kata kakak.
Setahun ini saya lebih fokus ke wirausaha kedepannya. Menabung untuk modal. Dan naruh modal ke pemasaran teman. Lumayanlah bisa buat bayar kuliah sendiri. Sekalian bisnis kecil"an pemesanan seragam dan atribut di organisasi sendiri.
Telat masuk kuliah dikarenakan biaya bukan sebagai acuan tidak semangat. Bukan hanya ijazah saja yang diperlukan. Pengalamanpun juga penting.
Karena tersakiti diluar dengan banyak pengetahuan lebih penting daripada duduk manis dirumah dengan pelayanan yang khusus.
Setelah 3 tahun ini, sedikit demi sedikit apa yang diinginkan Ibu dan Ayah tercapai. Walaupun bertahab Ibu dan Ayah sudah merasa bangga dan senang.
Pikirku, bukan karena balas budi melainkan apa haknya sebagai orang tua harus aku penuhi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H