Mohon tunggu...
ifa muchtar
ifa muchtar Mohon Tunggu... -

Simple Person

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Ibu... Oh... Ibu

13 Mei 2014   04:00 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:34 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

IBU... 3 huruf yang teramat bermakna untuk di cerna,  terlalu agung untuk di artikan, terlalu sulit di jabarkan dengan kata-kata.

Do'a, harap selalu di panjatkan seiring langkah dan nafas anak-anaknya. kecemasan, ketakutan akan sesuatu yang tak di harapkan menimpa anak tercinta lebih besar dari nyawanya.

Perjuangan 9 bulan merawat anak tercinta yang selalu di lumuri do'a di baluri harap dan cinta semasa dalam kandungan, terbayar dengan teriakan dan tangis ketika terlahir kedunia, entah seberapa sakit yang tertahan untuk peristiwa itu, terganti dengan senyum bahagia anak tercinta yang dpat hadir dengan sehat beserta terikan tangisannya.

Tanpa lelah merawat dan mengasihi tanpa batas pada anak tercinta, dan sangat khawatirnya  kala sang  buah hati dalam  keadaan sakit, itu yang terjadi pada peran Ibuku Dulu.

Kini saya pun telah menjadi seorang IBU yang mungkin masih berpikiran konservatif seperti yang pernah ibu dulu tanamkan pada saya, namun seiring kemajuan zaman dan teknologi ternyata banyak pergeseran-pergeseran yang terjadi kini.

Zaman saya kecil dulu, tak pernah kuasa membantah apa kata orang tua terutama ibu, sampai duduk di pas di jalan masuk rumah pun ketakutan dengan istilah-istilah yang mungkin anak-anak masa kini pasti mentertawakannya.

Saking takutnya, atau mungkin lebih tepatnya segan terhadap orang tua bahkan untuk berkata dan berargumen pun tidak berani apalagi jika di kaitkan dengan agama teruatama yang kami anut.

Tetapi pada Zaman sekarang ini peran IBU teramat beratnya, satu sisi harus berjuang ikut menghidupi anak tercinta dengan keringatnya, dan perannya terganti dengan BIBI pengasuh yang lebih dikenalnya

Haruskah peran ibu kini hanya SIMBOL saja pada tanggal 22 Desember? Karena banyak juga kini fenomena ibu yang telah hilang NURANI dan NALURI nya.... bagaimana dengan entengnya menbuang buah hati yang baru dilahirkannya, bahkan yang belum waktunya buat dilahirkan.

Jadi IBU dahulu dengan IBU sekarang haruskah hilang makna????

Tantangan kepada semua IBU utuk menempatkan perannya untuk anak tercintanya haruskah tergadaikan oleh Modernisasi dan Transisi yang kini teralami.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun