Mohon tunggu...
Ifa Miftahurrohmah
Ifa Miftahurrohmah Mohon Tunggu... Guru - Guru IPa

Bukan penulis tapi sangat Hobby menulis dan membaca, Konten Pendidikan adalah satu konten yang sangat menarik

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pelita Kecil Menebar Harapan

24 September 2024   03:12 Diperbarui: 24 September 2024   04:00 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

"Sudah puluhan tahun saya menapaki jalan sebagai seorang guru. Setiap malam, sebelum terlelap, pikiran saya selalu berkecamuk memikirkan cara terbaik untuk menyapa siswa-siswi saya keesokan harinya. Kata-kata bijak yang sering saya dengar, "Saat di kelas, bukan kita yang mengajar, melainkan mereka yang mengajari kita," selalu menjadi pengingat mendalam.

Setiap hari adalah petualangan baru bersama mereka. Kata-kata polos dan pertanyaan-pertanyaan sederhana mereka seringkali membuat saya tersenyum. Ingatkah ketika seorang siswa bertanya, "Bu, kenapa Ibu jadi guru? Kenapa tidak jadi artis saja, biar terkenal?" Meski terdengar sederhana, pertanyaan itu membuat saya merenung. Mengapa saya memilih menjadi guru? Jawabannya ada di dalam diri mereka, di setiap senyuman, setiap kemajuan, dan setiap tantangan yang kita hadapi bersama. Menjadi guru adalah sebuah panggilan jiwa, sebuah perjalanan yang penuh makna dan kepuasan

Mengajar di kelas yang penuh beragam siswa seperti menyelam ke lautan yang luas. Setiap siswa adalah pulau kecil dengan karakter dan kedalaman yang berbeda-beda. Ada kalanya saya merasa seperti terombang-ambing di tengah badai pertanyaan dan tingkah laku yang tak terduga. Namun, setiap kali berhasil 'menyelamatkan' seorang siswa yang kesulitan belajar, atau melihat kilau semangat di mata mereka saat memahami suatu konsep, semua lelah terbayar lunas. Di sinilah letak keajaiban profesi ini: mengubah hidup, satu per satu."

Saya tidak pernah berhenti mencari cara terbaik untuk menjangkau setiap siswa. Saya belajar untuk lebih kreatif dalam merancang pembelajaran, agar materi yang saya sampaikan bisa lebih mudah dipahami dan menarik minat mereka. Saya juga berusaha menciptakan suasana kelas yang nyaman dan menyenangkan, agar siswa merasa aman dan bebas untuk bertanya serta berpendapat.

Saya berharap seperti lilin kecil yang berusaha menerangi dunia yang gelap. Meski nyala api saya mungkin tampak kecil, namun saya percaya bahwa setiap cahaya, sekecil apapun, mampu membawa perubahan besar. Itulah mengapa saya begitu bangga menjadi seorang guru.

Pengalaman mengajar di kelas membuat saya semakin memahami makna Merdeka Belajar. Konsep ini tidak hanya sebatas jargon, tetapi sebuah transformasi yang nyata dalam dunia pendidikan. Saya mencoba menerapkan Merdeka Belajar dengan memberikan ruang bagi siswa untuk aktif berpartisipasi dalam pembelajaran, menggali minat dan bakat mereka, serta mengembangkan pemikiran kritis. Ketika melihat mata mereka berbinar saat menemukan jawaban atas pertanyaan mereka sendiri, hati saya merasa sangat terpenuhi. Merdeka Belajar telah membawa angin segar dalam kelas saya. Dulu, siswa cenderung pasif dan menunggu perintah. Namun, setelah saya menerapkan pendekatan yang lebih student-centered, mereka menjadi lebih aktif dan berani bertanya. Misalnya, saat mempelajari sejarah, salah satu siswa bertanya tentang relevansi peristiwa masa lalu dengan kehidupan kita saat ini. Pertanyaan seperti ini membuat diskusi menjadi lebih hidup dan mendalam.

Salah satu momen yang paling membanggakan adalah ketika seorang siswa yang awalnya pasif dan pendiam, mulai aktif bertanya dan memberikan pendapat di kelas. Dia bahkan berhasil meraih prestasi yang membanggakan dalam lomba pidato.  Prestasi ini bukan hanya milik siswa, tetapi juga menjadi kebanggaan tersendiri bagi saya sebagai gurunya.

Menjadi guru adalah anugerah terbesar dalam hidup saya . Melalui profesi ini, saya tidak hanya mentransfer ilmu pengetahuan, tetapi juga menanamkan nilai-nilai luhur dan menginspirasi siswa untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Lebih dari sekadar pekerjaan, ini adalah sebuah misi untuk membentuk generasi masa depan. Setiap hari, saya menyaksikan benih-benih kebaikan tumbuh subur dalam diri siswa-siswa saya. Ketika mereka meraih prestasi, hati saya ikut berbunga bangga. Saya percaya, setiap guru memiliki kekuatan untuk mengubah dunia, satu anak pada satu waktu

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun