Mohon tunggu...
Ifa Isnaini
Ifa Isnaini Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi travelling

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Perjalanan Pendidikan Nasional di Indonesia

10 Desember 2022   07:19 Diperbarui: 10 Desember 2022   07:24 365
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Masa reformasi dipengaruhi oleh konstitusi yang menjadi salah satu rancangan reformasi. Lembaga pendidikan tinggi tidak terintervensi pengaruh dari luar, sehingga diberikan kebebasan ruang bagi lembaga tinggi. Pendidikan berbasis keagamaan mendapat perhatian khusus karena berada di bawah naungan kementerian agama sedangkan pendidikan umum berada di bawah kementerian pendidikan.

Refleksi Hakikat Pendidikan Ki Hadjar Dewantara

Perkembangan zaman yang semakin modern dan pengaruh dari kebudayaan asing tidak dapat dipungkiri lagi telah menyelam begitu dalam dibenak masyarakat kita. Menjadi sebuah ironi tatkala masyarakat menelan mentah-mentah budaya luar tanpa memfilternya. Globalisasi yang dibuntuti oleh kapitalis menyebabkan tidak optimalnya sistem pendidikan sebagai upaya mencerdaskan bangsa bukan justru menggeser nilai-nilai yang telah mapan sebagaimana sumbangsih dari pahlawan pendidikan Ki Hadjar Dewantara.

Oleh karena itu, konsep pendidikan Ki Hadjar Dewantara adalah salah satu konsep yang tepat bagi bangsa di Indonesia. Falsafah beliau yang populer yakni semboyan Ing Ngarso Sung Tulodo artinya pendidik berada di depan memberi teladan; Ing Madyo Mangun Karso artinya pendidik selalu berada di tengah dan terus memotivasi, dan Tut Wuri Handayani artinya pendidik selalu mendukung dan mendorong peserta didik untuk maju. Falsafah mulia tersebut seiring perkembangan zaman hanya menjadi semboyan yang keberadaannya menjabat sebagai kata-kata mutiara yang terpajang di dinding-dinding ruang kelas dan sudah jarang kita lihat aplikatifnya dalam kehidupan sehari-hari.

Rupanya dikesampingkannya penerapan pendidikan Ki Hadjar Dewantara diakibatkan oleh minimnya kajian, sosialisasi, dan dukungan dari pengambil kebijakan (Musanna, 2017). Tidak hanya itu, perkembangan zaman akibat globalisasi juga berpengaruh pada revolusi teknologi dan informasi. Sehingga timbul kemudahan dalam mengakses informasi terkait pendidikan di luar Indonesia. Jika para pengambil kebijakan maupun para generasi tidak menanamkan sedari awal untuk memfilter dan tetap melestarikan budaya pendidikan yang telah lama mengakar di Indonesia. Maka akan sangat mudah untuk dipengaruhi dengan sistem maupun pengelolaan pendidikan dari negara lain.

Dengan demikian, dalam memprioritaskan pendidikan berdasar nilai-nilai budaya bangsa untuk mewujudkan daya saing dan karakter bangsa diperlukan upaya kesadaran bersama dalam mengembangkan pengetahuan, pengalaman, dan pemahaman atas realitas ini melalui indigenisasi. Indigenisasi bertujuan mentransformasi konsep dari perspektif dunia Barat agar disesuaikan dengan keperluan pendidikan di Indonesia.                                                                                                                                                                                                                                                           

Indigenisasi yang dapat kita lakukan dengan dua hal yaitu; pertama melalui implementasi kurikulum merdeka yang memberikan ruang kebebasan bagi sekolah dalam meningkatkan potensi dan keterampilan peserta didik. Kedua, penerapan konsep pendidikan yang diusung oleh Ki Hadjar Dewantara yang menghasilkan manusia tangguh dalam kehidupan bermasyarakat, bermoral, tidak menyalahgunakan kewenangan, tidak memanipulasi keuangan, dan tidak melanggar kesusilaan. Selain itu, sistem among juga merupakan sistem yang digalakkan Ki Hadjar Dewantara, dimana sistem tersebut bernafas pada kekeluargaan yaitu: kodrat alam sebagai syarat kemajuan dan kemerdekaan sebagai syarat menggerakkan kekuatan lahir dan batin anak agar memiliki pribadi yang kuat dalam berpikir serta bertindak (Suparlan, 2015).

Berdasarkan penjelasan di atas bahwa perjalanan pendidikan nasional dapat disimpulkan menurut hemat saya adalah proses transformasi kebaharuan. Kebaharuan disini adalah penerapan sistem pendidikan, kurikulum beserta elemen lainnya memiliki kelebihan dan kekurangan. Apabila melihat aspek kurikulum pada dasarnya, merupakan penyempurnaan dari kurikulum sebelumnya. Sehingga sebagai calon pendidik dapat mengambil sisi kelebihan dari penyempurnaan kurikulum yang sekarang berlaku. Kemudian perubahan yang saya alami setelah mempelajari materi ini adalah saya berusaha menjadi pendidik yang meimplementasikan konsep pengajaran dari Ki Hadjar Dewantara yaitu Ing Ngarso Sung Tulodo artinya pendidik berada di depan memberi teladan; Ing Madyo Mangun Karso artinya pendidik selalu berada di tengah dan terus memotivasi, dan Tut Wuri Handayani artinya pendidik selalu mendukung dan mendorong peserta didik untuk maju.

Harapannya dengan mengaplikasikan falsafah Ki Hadjar Dewantara pendidik dan peserta didik saling bersinergi menciptakan ekosistem lingkungan sekolah yang kondusif, humanis, dan berdasar pada potensi peserta didik. Konsep pendidikan Ki Hadjar Dewantara mengamalkan nilai-nilai kearifan lokal bangsa yang secara tidak langsung menempatkan kita pada posisi untuk tetap melestarikan budaya bangsa melalui sistem pendidikan yang menurut saya lebih konsisten.

Daftar Referensi

Fadli & Kumalasari. (2019). Sistem Pendidikan Indonesia Pada Masa Orde Lama (Periode 1945-1966). JURNAL AGASTYA, 9(2), 157–171. Retrieved from http://e-journal.unipma.ac.id/index.php/JA/article/view/4168/2253

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun