4. Stimulasi Ekonomi
- Program Tapera dapat menggerakkan sektor properti dan konstruksi dengan meningkatkan permintaan akan rumah.
- Peningkatan pembelian rumah juga akan mendorong aktivitas ekonomi terkait, seperti peningkatan penjualan material bangunan dan pekerjaan konstruksi.
5. Peningkatan Kualitas Hidup
- Memiliki rumah sendiri memberikan rasa stabilitas dan kenyamanan bagi keluarga, yang berdampak positif pada kesejahteraan psikologis dan emosional.
- Rumah yang layak juga meningkatkan kualitas hidup secara keseluruhan dengan memberikan lingkungan yang aman dan sehat untuk tinggal.
6. Pemenuhan Kebutuhan Perumahan
- Tapera memberikan prioritas kepada Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) yang belum memiliki rumah untuk memenuhi kebutuhan perumahan mereka.
- Dengan adanya dana Tapera, individu yang sebelumnya sulit memperoleh pembiayaan perumahan menjadi memiliki kesempatan untuk memiliki rumah sendiri.
7. Peran dalam Pembangunan Infrastruktur Perumahan
- Dana yang dikumpulkan melalui Tapera dapat digunakan untuk mendukung pembangunan infrastruktur perumahan, seperti program perumahan rakyat yang diselenggarakan oleh pemerintah.
8. Pemulihan Pasca Bencana
- Tapera juga dapat berperan dalam pemulihan pasca bencana dengan menyediakan dana untuk membangun kembali rumah yang rusak akibat bencana alam.
9. Meningkatkan Kemandirian dan Kesejahteraan Sosial
- Memiliki rumah sendiri membantu meningkatkan kemandirian finansial individu dan keluarga, serta mengurangi ketergantungan pada sewa atau tempat tinggal yang tidak stabil.
- Meningkatnya kepemilikan rumah juga dapat mengurangi disparitas sosial dan meningkatkan kesejahteraan sosial masyarakat secara keseluruhan.
Dengan skema yang telah diatur pemerintah apakah Tapera benar-benar  bisa menjadi inovasi solusi untuk  perumahan layak bagi karyawan dengan upah rendah?  karena bisa menjadi Beban Tambahan pada Karyawan.
Bagi sebagian karyawan, seperti Andi misalnya yang berpenghasilan Rp 3.000.000 per bulan, potongan sebesar Rp 90.000 mungkin terasa cukup berat. Andi harus menyesuaikan anggaran bulanannya, terutama jika dia memiliki tanggungan lain seperti biaya pendidikan anak atau cicilan kendaraan selain itu, kurangnya Pemahaman tentang Program membuat  karyawan banyak yang belum memahami secara menyeluruh manfaat dan mekanisme Tapera. Misalnya, Lina, seorang pegawai administrasi, merasa bingung ketika melihat potongan gajinya tanpa penjelasan yang jelas dari perusahaan atau pihak terkait. Hal ini dapat menimbulkan ketidakpercayaan dan resistensi terhadap program ini.
Untuk itu  Pemerintah perlu melakukan beberapa hal untuk mengedukasi para karyawan peserta wajib tapera agar tidak gagak paham yaitu dengan cara:
- Sosialisasi dan Edukasi yang Lebih Intensif Pemerintah perlu meningkatkan upaya sosialisasi dan edukasi mengenai Tapera. Contohnya, menyelenggarakan seminar, workshop, dan kampanye media untuk menjelaskan manfaat dan mekanisme program ini kepada karyawan dan pemberi kerja. Dengan demikian, orang-orang seperti Lina akan lebih memahami dan menerima potongan gaji untuk Tapera.
- Fleksibilitas dalam Potongan Gaji Pemerintah dapat mempertimbangkan kebijakan fleksibel untuk potongan gaji berdasarkan pendapatan karyawan. Misalnya, untuk karyawan dengan gaji di bawah Rp 3.000.000, potongan bisa lebih rendah dari 3%. Hal ini akan membantu karyawan seperti Andi untuk tetap berpartisipasi tanpa merasa terbebani.
- Pengawasan dan Transparansi Pengelolaan Dana Transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan dana Tapera sangat penting. Pemerintah harus memastikan BP Tapera, sebagai badan pengelola, melaporkan secara berkala penggunaan dana dan hasil investasinya. Hal ini akan membangun kepercayaan masyarakat terhadap program ini.
- Insentif untuk Partisipasi Pemerintah bisa memberikan insentif bagi karyawan dan perusahaan yang berpartisipasi aktif dalam Tapera. Misalnya, potongan pajak atau subsidi bunga kredit perumahan. Insentif ini akan mendorong lebih banyak orang untuk ikut serta dalam program ini.
- Evaluasi Berkala dan Penyesuaian Melakukan evaluasi berkala terhadap Tapera untuk mengidentifikasi dan memperbaiki kekurangan yang ada sangat penting. Pemerintah harus mendengarkan feedback dari peserta seperti Budi dan Siti untuk terus meningkatkan efektivitas program ini.
Tapera sangat membantu pekerja dengan upah minimum, meskipun mereka masih harus menanggung biaya tambahan melalui skema kredit. Peserta Tapera perlu menyisihkan uang lagi untuk cicilan bulanan. Hal ini bisa menjadi beban bagi sebagian orang dengan pendapatan rendah, mengingat mereka juga harus memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti makan, biaya sekolah anak, dan biaya tak terduga lainnya yang semakin meningkat. Namun, Tapera setidaknya menawarkan solusi untuk memiliki rumah layak huni. Ke depannya, diharapkan pemerintah dapat menciptakan program-program yang lebih baik untuk masalah kepemilikan rumah, mungkin dengan menyediakan program perumahan bersubsidi tanpa bunga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H