"Sayur...sayur..."
Terdengar suara penjual sayur keliling yang  menjajakan sayuran dan ikan segar setiap  paginya.
Namanya Wak Udin, dia adalah penjual sayur keliling.Â
" Bang cabai merahnya 1 Ons ya"Â
Aku menunjuk cabai merah didalam keranjang yang kondisinya masih segar-segar.Â
Wak udin dengan cekatan menimbang cabai dan membungkusnya dengan daun pisang. Hari gini masih membungkus dengan daun pisang? hmm..,memangnya kenapa? daun pisang sangat baik jika digunakan sebagai pembungkus apalagi pembungkus makanan karena dari bahan alami jadi tidak mengandung zat kimia yang berbahaya. Tapi sayang sepotong cerita diatas adalah cerita masa lampau. Sekarang penggunaan daun sangat jarang bahkan nyaris hilang.Â
Dahulu aku selalu berbelanja dengan tatap muka bukan daring. Wuih, kedengarannya seperti sekolah ya ada tatap muka dan ada daring. Ada banyak pedagang yang menjajakan dagangannya dari pintu kepintu istilah kerennya door to door.Â
Biasanya para pedagang membungkus sayuran dengan daun bukan dengan plastik. Begitu juga  dengan tempe dan tahu juga dibungkus dengan daun.Â
Namun kemajuan teknologi turut memberikan kontribusi dalam mengubah gaya hidup di masyarakat. Mau tidak mau harus move on dari masa lalu. Tapi, apakah semua masa lalu harus kita lupakan? Â lalu mengadopsi kebiasaan baru yang belum tentu baik bagi diri kita. Bagaimana dampaknya bagi kehidupan manusia?
Sekarang zaman lagi demam online alias daring atau digital. Emak-emak  zaman sekarang tidak asing lagi dengan perangkat digital. Tiap hari mereka membuat status di story WA, Fb , Instragram dan lain-lain. Beli baju online, beli ikan online, beli buah dan sayuran online, sampai jajan juga online. kalau kata Penulis buku Wonderfull Family Pak Cahyadi Takariawan yang akrab di sapa pak Cah ada istilah "mendadak digital".