Sejarah selalu menarik untuk di telusuri, katanya sih, semakin ditelusuri semakin penasaran. Mengupas sejarah bukan berarti kita tidak bisa move on dari masa lalu. Tetapi dari sejarah kita dapat belajar untuk menata masa depan yang lebih baik, dari sejarah juga kita belajar bahwa apa yang dimiliki sekarang melalui proses yang tidak instan.
Sejarah Negeri Tamiang memang kurang populer, tidak banyak literatur yang menceritakan Sejarah negeri ini, sehingga sejarahnya terasa asing di negeri sendiri. Sesungguhnya ada banyak kisah yang bisa diambil hikmahnya dari berbagai kejadian sebagai pelajaran berharga dalam hidup, berharap Aceh Tamiang dapat terus melangkah maju tanpa harus melupakan masa lalu.
Aceh Tamiang dikenal dengan sebutan Bumi Muda Sedia. Wilayahnya berada disepanjang aliran sungai Tamiang dari hulu hingga ke bagian hilir. Sungai besar disepanjang Wilayah Aceh Tamiang menjadikannya wilayah ini sangat mudah dijangkau oleh para pendatang, karena transportasi pada masa itu menggunakan tranportasai air. Salah satu pendatang yang pernah menjejakkan kakinya di Aceh Tamiang demi mewujudkan impiannya menmpersatukan nusantara adalah Gajah Mada.
A. Sumpah Palapa
Siapa yang tidak kenal Patih Gajah mada, seorang panglima perang dari Kerajaan Majapahit. Ia terkenal sebagai Patih yang sangat kuat dan perkasa. Gajah Mada memiliki nama yang sangat populer melebihi kepopuleran Hayam Wuruk selaku raja kerajaan Majapahit pada masa itu.
Sebagai sembah baktinya kepada raja Hayam Wuruk, Patih gajah Mada melakukan perluasan-perluasan daerah Kerajaan Majapahit. Bahkan ia pernah bersumpah untuk mempersatukan nusantara. Yang sumpah ini terkenal dengan Sumpah Palapa. Nama Palapa di abadikan sebagai nama satelit pertama Indonesia.
Sumpah Amukti Palapa di ikrarkan oleh Gajah Mada ketika diangkat menjadi patih Mangkubumi. Kisah ini di abadikan pada relief yang terdapat di pendopo Agung Majapahit didaerah Trowulan. Sumpah itu tertulis dalam Pararaton (kitab Raja-raja) Sumpah tersebut berbunyi:
“Lawun huwus kalah nusantara isun amukti palapa, Laman kalah ring gurun, rin Seran,Tanjung Pura, Ring Haru, Ring Pahang, Dompo, Ring Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, Saman Isun Amukti Palapa,”
Yang artinya
“Jika telah mengalahkan Nusantara, gurun, Seran, Tanjung Pura, Haru, Pahang, Dompo, Bali, Sunda, Palembang, Tumasik telah tunduk saya baru memakan palapa