Sumpah ini sangat terkenal sehingga Patih Gajah Mada disebut-sebut sebagai pelopor Pemersatu Nusantara. Sedangkan kata “palapa” sampai saat ini belum ada tafsiran yang pasti, sebagian ahli sejarah mengatakan buah kepala adalah buah kelapa, sedangkan pendapat lain mengatakan buah palapa yang dimaksud bermakna kesenangan, sementara pendapat lainnya mengatakan palapa adalah istirahat.
Patih Gajah Mada benar-benar menjalankan sumpahnya, Dengan armada perang yang kuat Gajah Mada berhasil menguasai pulau Jawa. Tidak puas dengan kemenangannya di pulau Jawa Ia merambah ke Pulau Sumatera dan Pulau-pulau lainnya.
B. Penaklukan Pulau Sumatera
Kesultanan Aceh menguasai hampir seluruh wilayah Sumatera saat itu. Namun satu persatu kerajaan-kerajaan di Sumatera mulai runtuh, Kerajaan Palembang, Padang tidak mampu menahan dahsyatnya serangan pasukan Majapahit, Patih Gajah Mada terus berlayar membawa pasukannya, hingga sampailah Kekerajaan Melayu Deli. Di kerajaan ini terjadilah Pertempuran sengit antara pasukan Majapahit dengan Pasukan Melayu Deli, sayangnya kerajaan Deli akhirnya takluk di bawah pimpinan kerajaan Majapahit.
Berbekal kemenangan demi kemenangan Gajah Mada kembali melanjutkan cita-citanya. Pada tahun 1350 Masehi Patih Gajah Mada dan bala tentara Kerajaan Majapahit mendarat di kerajaan Samudera Pasai. Pada saat itu kerajaan Samudera Pasai di pimpin oleh Sultan Ahmad Malikuzzahir ( Raja Muhammad) Sultan Samudera Pasai ke empat. Sultan Ahmad Malikuzzahir memerintah Samudera pasai dari tahun 1345 M-1383 M atau 745 H-783 H.
Dengan gagah perkasa Patih Gajah Mada memimpin pertempuran untuk menaklukan Samudera Pasai. Namun ternyata Pasukan Majapahit tidak cukup kuat untuk melawan pasukan Samudera Pasai. Pasukan Majapahit Mengalami kekalahan. Patih Gajah Mada membawa mundur pasukannya.
C. Memasuki Kawasan Tamiang
Kekalahan dalam pertempuran melawan Kerajaan Samudera Pasai tidak menyurutkan keinginana Patih Gajah Mada untuk menaklukkan Nusantara. Sehingga pasukan Majapahit yang tidak serta-merta Kembali ke Pulau Jawa. Patih Gajah Mada membawa bala tentaranya menuju sebuah pemukiman penduduk, di wilayah Aceh Tamiang, kini nama tempat itu dikenal dengan sebutan Manyak Payed. Manyak Payed berasal dari kata Majapahit. Dialek Aceh sulit menyebutkan kata Majapahit, maka mereka menyebutnya dengan Manyak Payed.
Di daerah Manyak Payed ini Gajah Mada kembali menyusun kekuatan, Ia menguasai beberapa wilayah sekitar, yaitu; Telaga Tujuh (Langsa), Aramiyah, Bayeun, dan Damar Tutung (Rantau Panjang).
Perbedaan keyakinan antara penduduk Manyak Payed dan Bala tentara Majapahit membut hubungan keduanya tidak harmonis. Bala tentara kerajaan Majapahit merupakan penganut agama hindu sedangkan penduduk Manyak Payed menganut agama islam. Kebiasaan, budaya, dan adat-istiadat keduanya sangat jauh berbeda dan saling bertentangan. Salah satu hal yang dianggap tidak pantas bagi penduduk Manyak Payed adalah perbuatan bersimpuh dan menyembah terhadap penguasa seperti yang dilakukan oleh bala tertara Majapahit. Bagi penduduk Manyak Payed yang menganut agama Islam perbuatan menyembah pada manusia melanggar aturan syariat beragama, dan dianggap sebagai sebuah penghinaan. Sedangkan bagi orang Majapahit itu adalah perbuatan mulia.
Keadaan ini membuat penduduk Manyak Payed tidak menyukai keberadaan pasukan Majapahit. Sehingga penduduk Manyak Payed meninggalkan wilayah tersebut. Mereka memutuskan untuk mengungsi ke wilayah hulu sungai Bayeun. Sehingga wilayah Manyak Payed menjadi sunyi.