Mohon tunggu...
Afifah Khoirun Nisa
Afifah Khoirun Nisa Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Mahasiswi Aktif yang Punya Banyak Mimpi

Menetapkan untuk menulis sejak SMP dan mulai serius sejak SMA dengan mengikuti berbagai macam lomba kepenulisan. Hingga saat ini akan terus mencurahkan energi dan jiwa dalam kepenulisan. Masih dan akan terus belajar untuk membuat tulisan yang lebih baik. Blog ini akan berisi jurnal diri, dan beberapa keresahan yang terjadi.

Selanjutnya

Tutup

Hobby

Mengulas Kembali Buku "Tuhan Ada di Hatimu"

9 Juni 2022   18:42 Diperbarui: 9 Juni 2022   19:01 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Buku dengan judul lengkap “Tak di Ka’bah, di Vatikan, atau di Tembok Ratapan, TUHAN ADA DI HATIMU” karya Husein Ja’far Al-Hadar dengan 207 halaman ini mulai dicetak pada Juli 2020. Buku ini penuh dengan pandangan sekaligus pendapat Habib Husein Ja’far tentang Tuhan dan Ketuhanan. Buku ini dikemas dengan sangat menarik menggunakan bahasa yang mudah dipahami terutama oleh kalangan remaja.

Buku ini menekankan bahwa islam itu agama cinta dan penuh kasih sayang. Selain itu, sebagai manusia yang memiliki akal, kita harus kembali kepada Al-Quran dan Sunnah. Dari buku ini juga cukup menjelaskan bagaimana pola pikir penulis di tengah kontroversi mengenai Habib Husein Ja’far.

Terdapat beberapa pandangan penting yang bisa diambil pelajarannya dari buku ini, sebagai berikut:

  • Sebagai mahasiswa hukum, yang menarik perhatian saya adalah aspek hukum dalam Al-Quran kurang lebih hanya 10% saja. Seorang peneliti agama di barat, Van der Leeuw, mengategorikan islam sebagai agama berorientasi hukum (nomos oriented), bukan berorientasi cinta (eros oriented). Hal ini juga tercermin oleh sikap umat islam saat ini yang segala sesuatu selalu berpaku pada hukum yang berlaku. Padahal hukum itu sendiri adalah sesuatu yang subjektif, tidak seperti rumus matematika yang 1 + 1 = 2. Kalaupun ada masalah atau kesulitan, islam seharusnya memberikan solusi yang berlandaskan asas cinta.
  • Hubungan antar manusia yang semakin lama semakin buruk. Bagaimana muslim saat ini sangat sulit menghargai perbedaan. Bagaimana muslim saat ini sangat tidak peka dengan masalah sebenarnya yang ada di masyarakat. Padahal dakwah harus disampaikan dengan indah. Dakwah juga bukan ajang menjelekkan apalagi mengganggu orang lain. Meskipun mungkin menurut kita cara mengajak kepada kebaikan sudah dirasa benar, namun jika kita tidak peka dengan situasi yang ada, maka sia-sia nilai yang ingin kita sampaikan.
  • Hoaks menjadi masalah terbesar saat ini. Suatu informasi yang menyebar sangat cepat terkadang memang membuat masyarakat kebingungan akan kebenarannya. Lantas sesuatu yang buruk yang telah dilakukan orang lain langsung ditelan begitu saja dan mulai menjauhi dan mencaci maki seseorang. Bagaimanapun buruknya seseorang, bukankah kita sama-sama manusia? Meskipun kita berbeda organisasi, suku, bahkan agama, tidak ada alasan untuk membenci. Islam itu agama cinta dan penuh kasih sayang.

Masih banyak pelajaran yang bisa diambil dari buku ini. Pada intinya, Tuhan itu akan selalu ada di hati bagi setiap orang yang mengimaninya.

Jika tertarik membaca buku ini, kalian bisa mencarinya di toko buku online maupun offline. Semoga membantu. Terima kasih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun