Mohon tunggu...
Afifah Khoirun Nisa
Afifah Khoirun Nisa Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Mahasiswi Aktif yang Punya Banyak Mimpi

Menetapkan untuk menulis sejak SMP dan mulai serius sejak SMA dengan mengikuti berbagai macam lomba kepenulisan. Hingga saat ini akan terus mencurahkan energi dan jiwa dalam kepenulisan. Masih dan akan terus belajar untuk membuat tulisan yang lebih baik. Blog ini akan berisi jurnal diri, dan beberapa keresahan yang terjadi.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Tahap Merelakan

12 Februari 2022   13:15 Diperbarui: 12 Februari 2022   14:16 318
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rela is Lyfe, Dokumen Pribadi

Di dalam perjalanan hidup, tidak akan selamanya mulus dan lancar. Beberapa hal memang didatangkan untuk direlakan. Merelakan tidak pernah mudah. Tapi akan selalu ada kondisi dimana merelakan sangat dibutuhkan, entah bagi diri kita sendiri ataupun demi kepentingan bersama dan orang lain.

Terkadang kita butuh kerelaan untuk mencapai suatu titik. Yang paling dasar yang semua orang inginkan mungkin ada kesuksesan. Kita setiap hari berharap kesuksesan akan datang menghampiri kita suatu saat nanti. Proses datangnya kesuksesan akan penuh dengan kerelaan, misalnya rela waktu kita diambil alih oleh pekerjaan-pekerjaan yang akan mengantarkan kita pada kesuksesan.

Biasanya, pada titik rela kita belum melihat apapun yang akan terjadi kedepannya. Kita hanya bisa terus mencoba dan bekerja. Bahkan seringnya, kerelaan itu diiringi dengan kekecewaan. Beberapa orang menjalaninya dengan langkah yang berat. Rasanya seperti tak ada ujungnya, tak ada habisnya.

Begitupun aku. Aku masih percaya suatu saat semua ini akan tergantikan dengan yang lebih baik. Aku percaya pada Tuhanku bahwa semua akan baik-baik saja. Aku selalu menanamkan pada diriku bahwa jalan menuju mimpi tidak selalu persis dengan apa yang kita rencanakan.

Satu hal yang kutekankan pada diriku, jadilah kuat. Menjadi kuat satu-satunya jalan untuk bertahan di arena kehidupan yang tidak disangka-sangka. Berusaha tetap tenang, walau pada dasarnya selalu muncul suara bising dari kepala yang terus bersarang, perdebatan sengit antara pikiran dan hati yang tak berhenti, bikin kepala mau pecah dibuatnya. Terkadang rasanya sendiri, tak ada pegangan. Terkadang pula, apa yang dicapai rasanya tidak cukup, ilmu yang didapatkan rasanya terus kurang. Kapan ujungnya dapat terlihat?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun