Mohon tunggu...
Muammar Khadafi Al Hanbali
Muammar Khadafi Al Hanbali Mohon Tunggu... Guru - Hamba Allah

Hamba Allah yang ditunjuk jadi Khalifatul Fil Ardh

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Refleksi Akhir Tahun 2021 (Bagian III/Tamat)

31 Desember 2021   18:30 Diperbarui: 31 Desember 2021   21:16 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sekarang, artikel ini adalah bagian terakhir yang sedang ditunggu-tunggu oleh para Pembaca. Pada tulisan-tulisan sebelumnya kita telah merenung pada bagaimana cara kita mendefinisikan diri sendiri dan kebahagian itu sendiri. Artikel ini akan membahas hal-hal yang sifatnya berskop lebih luas.

Keluarga yang Diberkati

Sebelumnya kita telah membahas tentang diri sendiri, maka yang selanjutnya berhak mendapatkan prioritas kita adalah keluarga. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa manusia adalah makhluk sosial dan kelompok sosial yang pertama kali kita hadapi adalah keluarga sendiri. Peran keluarga amat sangat  kuat dalam membentuk diri kita sendiri. Allah subhana wataala pun telah memerintahkan setiap orang untuk menjaga dirinya beserta keluarganya dari api neraka (At-Tahrim: ayat 6). Melalui ayat ini Allah subhana wataala memberikan ultimatum bahwa prioritas utama setelah diri sendiri adalah keluarga kita sendiri. Manusia yang cerdas adalah mereka yang dapat membahagiakan keluarganya setelah dia membahagiakan dirinya sendiri. Sama seperti orang yang telah membuat dirinya penuh dengan kelimpahan lalu membagikan kelimpahan itu pada orang lain. Kita bisa melihat target paling pertama dari dakwa seluruh nabi dan rasul adalah keluarga mereka sendiri. Negara yang diberkati dibangun dari masyarakat yang diberkati dan masyarakat yang diberkati terdiri dari keluarga yang diberkati lalu keluarga yang diberkati dimulai dari seseorang yang terberkati yang membagikan berkatnya kepada keluarganya. Pertanyaan selanjutnya yang perlu anda renungi adalah, “Bagaimanakah aku mendefinisikan kata keluarga? Apakah efek positif yang telah kuberikan kepada keluargaku? Apa yang bisa aku lakukan untuk membuat keluargaku menjadi lebih baik? Apakah aku telah membagikan berkat yang telah aku terima sebagaimana orang-orang sukses sebelum diriku?”

Negara yang Diberkati

Untuk negara Indonesia yang Kita semua cintai. Pertama-tama harus Kita akui bahwa negara ini sedang menuju proses pemulihannya dari serangan Covid-19. Ikhtiar-ikhtiar telah banyak dilakukan oleh rakyat dan juga pemerintah. Banyak hal yang telah kita lalui dari tahun 2020 sampai dengan penghujung 2021, entah itu hal pahit ataupun manis. Penulis tidak ingin berpanjang kalam dalam  bagia ini. Pertanyaan-pertanyaan terakhir yang wajib kita ajukan untuk diri sendiri perihal kenegaraan adalah, “Apakah makna negara Indonesia di dalam jiwaku ini? Apakah aku sudah memaksimalkan potensiku untuk Indonesia? Apa sumbangsih terbesarku untuk Indonesia? Apakah aku telah memberkati Indonesiaku ini? Apakah aku telah bersyukur kepada Tuhan untuk negara Indonesiaku? Apakah tindakan terbaik sesuai versiku yang dapat membuat Indonesia menjadi lebih baik?” Selamat bertafakur!

Tamat....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun