Asisten saya yang satu ini penggemar motor Yamaha tampaknya. Dia punya motor dua, Yamaha semua, Fino dan New Vixion. Yang paling sering dibawa kerja ke rumah saya yang New Vixion. Motor berbadan besar dan gagah ini disebut anakku sebagai motor Ninja Go, entah apa sebabnya, mungkin karena larinya yang lincah meskipun bodinya gede. Hampir setiap selesai kerja, anak saya yang bungsu minta diajak putar-putar naik si Vixion.
Suatu hari, kami mengisi bensin mobil di SPBU Karang Tengah, Lebak Bulus, Jakarta Selatan. Ada tulisan ‘Pertalite’ di salah satu stall-nya.
“Pertalite apaan sih, Pak?’ Tanya saya.
“Oh, itu bu, bahan bakar baru keluaran Pertamina, nanti pelan-pelan dia bakal menggantikan Premium. Lebih cakep, bu, bikin mesin lebih lari dan ramah lingkungan”, jelasnya.
“Oh gitu ya, Pak?”
“Iya, bu, si Vixion kan sekarang pakai Pertalite. Gak apa-apa sedikit mahalan dari Premium yang penting motornya lebih lari dan cakep”.
Wow. Sekeren apa sih si Pertalite ini?
“Memang khusus untuk motor Yamaha atau gimana sih, Pak, si Pertalite ini?’
“Ya enggak sih, bu. Motor lain ya pasti bisa juga. Tapi ya itu, passs banget buat Yamaha yang memang udah canggih dari sononya”.
Ah bisa saja asisten saya ini. Udah kayak sales motor Yamaha dan Pertalite saja dia. Tapi jujur sih, penjelasan dia bikin saya penasaran. Seistimewa apa sih si Pertalite ini dan apa hubungannya dengan si Vixion gagah itu?