Mohon tunggu...
ifa avianty
ifa avianty Mohon Tunggu... -

Saya seorang penulis, ibu rumah tangga, senang membaca, memasak, dan kerja2 kreatif lainnya.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Siaga Bencana Melalui Sandiwara Radio

17 September 2016   20:32 Diperbarui: 17 September 2016   20:38 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Masih ingat era 80an dimana radio masih menjadi salah satu primadona hiburan di Tanah Air tercinta? Saya adalah salah satu penggemar radio. Sampai-sampai ke sekolah saja, saya bawa radio kecil yang sering saya setel jika jam istirahat. Belakangan setelah ada teman saya yang membawa radio yang lebih kecil lagi, saya jadi nebeng sama dia. Apa yang jadi acara favorit kami, anak-anak SMA, waktu itu, sampai nekad jam sekolahpun bawa radio?

Pertama, acara tangga lagu, terutama yang disiarkan Radio Prambors waktu itu. Prambors top 40 nama acaranya. Kedua, kuis seru yang hadiahnya juga besar dan bikin penasaran, lagi-lagi dari radio Prambors dan Mustang. Yang dari Prambors nama kuisnya Dan Gan Sensation yang berhadiah mobil sedan Mitsubishi Dan Gan. Aihhh tahun berapa itu ya? 1988-1989 kalau tidak salah.

Dan yang ketiga, ini yang akan kita bahas sekarang. Ya, sandiwara Radio. Dulu yang ngehits banget itu yang judulnya “Saur Sepuh” karyanya Niki Kosasih, lalu “Tutur Tinular”, “Misteri Gunung Merapi”, “Ibuku Sayang Ibuku Malang”, “Butir-butir Pasir di Laut”, dan yang malam hari setiap malam jumat itu ada “Catatan si Boy” dan setiap minggu malam “Diary Poetri Soehendro” di Prambors. Kalau yang judulnya “Butir-butir Pasir di Laut” itu maskotnya RRI programa Nasional.

Sandiwara radio era 80an melahirkan banyak tokoh yang jadi populer bersama dengan perannya, misalnya tokoh Brahmana, Mantili, dan Lasmini di Saur Sepuh, Basir dan Mak Lampir di Misteri Gunung Merapi, dan Boy, Emon, dan Ina di Catatan si Boy. Beberapa kisah ini kemudian diangkat ke layar lebar dan sinetron.

Apa sih istimewanya sandiwara radio? Yang paling jelas sih, jalan ceritanya yang membuat penasaran. Episode demi episode ditutup dengan ending yang menggantung, yang membuat pendengar selalu ingin menyambung mendengarkan di episode berikutnya. Kemudian, kefasihan para pemerannya dalam melafalkan dialog dipadu dengan music dan sound effect lainnya yang membuat kita berimajinasi seolah sedang menonton filmnya dan membayangkan tokoh-tokohnya. Tidak heran banyak yang mengidolakan mereka. Saya dulu membayangkan Boy itu pasti ganteng dan keren, Lasmini itu cantik dan lincah serta pandai. Ternyata pas difilmkan, samaaaa dengan bayangan yang ada di benak saya. Syenangnyaaaa….

Karena itu, tidak heran sandiwara radio menjadi media yang efektif untuk menyampaikan pesan. Dulu saya termasuk yang benci sejarah, namun ketika mendengarkan sandiwara radio Saur Sepuh, Tutur Tinular dan lain-lain yang kolosal dan bercerita tentang sejarah kerajaan di Jawa, senangnya bukan main. Sampai hafal saya nama tokoh dan detail kejadian yang diceritakan. Halah. Terus terang, kesan yang abadi justru dari Saur Sepuh ketimbang dari hasil keterangan yang diberikan oleh guru sejarah.

Di luar negeri, di Amerika misalnya, sandiwara radio pernah menjadi primadona hiburan pada tahun 1930-1940an, misalnya yang judulnya Victoria Regina yang mengambil latar sejarah zaman Ratu Victoria di Inggris. Salah satu bintang sandiwara radio yang terkenal masa itu seperti Orson Welles, Humphrey Bogart, dan Mayo Methot. Ketika di android ada aplikasinya yang namanya Old Time Radio Player, saya langsung install, sebab saya memang penggemar sandiwara radio kan.

Tuh, di era internet seperti ini, masih ada aplikasi sandiwara radio. Bagaimana posisi sandiwara radio sendiri?

Ternyata, sandiwara radio masih menempati posisi primadona dengan rating yang bagus, di beberapa radio station di daerah. Misalnya nih sandiwara radio yang berjudul “Asmara di Tengah Bencana”, karya maestro sandiwara radio, Bung S Tidjab (dulu dia suka main di sinetron TVRI jadi bapak-bapak atau penjahat). Sandiwara ini berlatar belakang kerajaan Mataram zaman Sultan Agung, tentang romansa para tokohnya, diantara Raditya dan Sekar Kinanti. Yang istimewa adalah sandiwara ini merupakan salah satu program BNPB untuk Siaga Bencana, terutama Bencana Gunung Berapi. Makanya sandiwara ini serentak diputar di radio-radio di wilayah Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Seberapa efektifkah program ini? Wah, efektif lho ternyata. Sandiwara radio itu kan keunggulannya banyak, misalnya memberi efek imajinasi dan khayali yang tinggi bagi para pendengarnya, nah…itu membuat pesan yang diberikan dalam naskah cepat diserap dan sampai kepada pendengar. Lalu, sandiwara radio itu fleksibel sekali, bisa didengarkan sambil bekerja, belajar, sambil tiduran juga bisa. 

Pendengar bisa menyerap pesan dalam kondisi apapun, yang memungkinkan mereka rileks sekaligus alert dalam menerimanya. Sandiwara radio juga dekat dengan pendengarnya, pendengar merasa akrab dengan tokoh di sandiwara tersebut, sehingga memudahkan mereka menyerap pesan dari naskah. Dan satu lagi keistimewaannya, radio itu murah, bahkan bisa lebih murah dari biaya internet. Dengan demikian pesan dan amanah sandiwara radio bisa dikonsumsi oleh masyarakat hingga kalangan terbawah sekalipun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun