Mohon tunggu...
ifa avianty
ifa avianty Mohon Tunggu... -

Saya seorang penulis, ibu rumah tangga, senang membaca, memasak, dan kerja2 kreatif lainnya.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

[LombaPK] Semangat Restorasi, Tiga Dara, dan Menolak Lupa

11 September 2016   14:11 Diperbarui: 11 September 2016   14:28 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Poster versi Restorasi, credit foto by Planet Kenthir

Sewaktu kecil, saya adalah anak mama yang paling sering diajak menemani beliau menonton film lawas di TVRI. Syukurlah, saya suka. Jadi tidak pernah ada cerita saya bête menonton film yang warnanya tinggal hitam dan putih saja itu. Tidak heran pula, anak kecil seusia saya saat itu. Anak SD tahun 83-86an, sudah ‘sangat kenal’ dengan Usmar Ismail, Titien Sumarni, Nurnaningsih, Citra Dewi, Sofia WD, Mieke Wijaya, Indriati Iskak, Baby Huwae, Rendra Karno, Soekarno M Noer (bapaknya bang Rano Karno), dan entah siapa lagi. Oh, termasuk juga P Ramlee, budayawan Malaysia tersohor itu, yang menginspirasi lagu “Legenda”nya Sheila Majid. Saya pernah menonton “Tiga Dara”, “Asrama Dara”, “Lewat Jam Malam”, “Citra”, “Terang Bulan”, dan entah apa lagi judulnya. Dan saya terkesan, hingga sekarang.

Itu pula yang kemudian memupuk kecintaan saya kepada film bermutu. Terima kasih tak terhingga kepada mama, yang telah memberi saya asupan film-film bermutu, yang saat ini berguna sekali dalam karir saya sebagai penulis. Halaaah, kok kayak sambutan penerima piala Citra ya.

Sekarang inipun, jika ingatan saya tentang film dan segala jenis kebudayaan yang bermutu tinggi itu nyaris hilang, saya melakukan restorasi versi saya sendiri. Sebab saya menolak lupa pada kesenian yang telah begitu berjasa menghaluskan jiwa manusia, yang telah ikut membangun karakter manusia lewat apa yang ditampilkan. Saya adalah contoh manusia yang merasa sangat berhutang budi pada seni budaya tersebut.

Maka, ketika upaya restorasi film “Tiga Dara” ramai digaungkan (juga film “Lewat Jam Malam”), saya sangat gembira. Ini jelas menimbulkan harapan bahwa film-film bermutu dari zaman ke zaman kembali bisa dinikmati oleh generasi muda. Biar mereka kenal akan seni budaya bangsanya zaman sebelumnya, agar mereka tetap bangga pada kampung halamannya, Indonesia. Dan agar seni budaya lama tak hanya tinggal cerita.

Sedikit Tentang Restorasi Film yang saya tahu dan saya baca

Ternyata tidak mudah merestorasi sebuah film, prosesnya panjang dan rumit. Demikian yang telah ditempuh oleh SA Films dalam upaya merestorasi film “Tiga Dara”. Menurut fihak SA Films, total waktu pengerjaan restorasi film tersebut memakan waktu kurang lebih 17 bulan. Sebenarnya gagasan merestorasi film tersebut sudah diinisiasi oleh pemerintah Belanda pada tahun 2011 lewat EYE Museum, namun terkendala krisis ekonomi yang melanda Eropa saat itu. Nah, dari sini saja saya sudah bisa menyimpulkan bahwa restorasi juga bukan sebuah proses yang murah dan mudah.

Setelah sejumlah pembicaraan, dikembalikanlah seluloid asli Film Tiga Dara dari Amsterdam ke Indonesia. Kemudian SA Films menggandeng Laboratorium L’Immagine Retrovata di Bologna, Italia, serta melibatkan dua pakar putra bangsa yaitu Lintang Gitomartyo dan Windra Benyamin.

Apa saja proses yang dilakukan? Utamanya tim bekerja keras memulihkan kondisi fisik reel film Tiga Dara, yang banyak bagiannya robek, tergores, dan mengalami kerusakan kimiawi yang disebut vinegar syndrome.

Kemudian tahap ini dilanjutkan dengan tahap restorasi digitalmenjadi format 4K yang merupakan resolusi tertinggi yang dapat dilakukan di Indonesia. Proses ini saja memakan waktu enam bulan. Film yang berdurasi hampir dua jam itu berukuran sekitar 12 Terrabyte dan memiliki hampir 150 ribu frame yang masing masing dibersihkan secara digital.

Sungguh merupakan proses yang membutuhkan waktu, teknologi, ketelitian, kesabaran dan ketelatenan, bukan? Kalau saya secara pribadi tertarik sekali nih untuk mempelajari dan ikut serta kalau ada program restorasi film lagi. Kerja kreatif yang menantang sekaligus merupakan pengabdian kepada bangsa dan sejarahnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun