Mohon tunggu...
ifa avianty
ifa avianty Mohon Tunggu... -

Saya seorang penulis, ibu rumah tangga, senang membaca, memasak, dan kerja2 kreatif lainnya.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Bila Tiba Waktunya (Sebuah Catatan Cinta untuk Adik-adikku Para Remaja)

25 Juli 2016   20:59 Diperbarui: 25 Juli 2016   21:08 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menurut Undang-undang Perkawinan Nomor 1 tahun 1974, usia menikah minimal seorang laki-laki adalah 18 tahun dan perempuan usia 16 tahun. Tetapi akhir-akhir ini, sesuai dengan perkembangan zaman dan perlunya mempersiapkan pendidikan bagi remaja, sedang giat dikampanyekan dan diusulkan batasan minimal tersebut menjadi 21 tahun bagi laki-laki dan 20 tahun bagi perempuan. Pada usia tersebut, keduanya dianggap sudah lebih dewasa, sudah menyelesaikan pendidikan SMA-nya, dan sudah dimungkinkan untuk bekerja.

Mengapa harus ada pembatasan usia minimal menikah? Bukankah jika memang sudah bertemu jodohnya yang cocok, lebih baik dinikahkan segera, agar menghindari akibat-akibat buruk menunda pernikahan, misalnya seks bebas?

Menikah itu kan bukan hanya untuk sehari dua hari, tapi buat selamanya ya. Nah kita pergi camping semalam saja, bekalnya kadang kayak orang mau pindah. Kebayang kan bekal yang harus kita miliki ketika kita akan menikahi seseorang, untuk selama sisa hidup kita?

Jadi, gunanya batas usia minimal menikah itu adalah agar kedua calon pengantin memiliki cukup waktu untuk mempersiapkan diri, memgumpulkan bekal-bekal seperti yang sudah kita bahas sebelum ini. Salah satunya adalah masalah kematangan sikap dan pola pikir.

Memang sih, nggak selalu usia itu berbanding lurus dengan kematangan dan kedewasaan sikap dan pikiran. Tapi, secara psikologis, seseorang sudah dianggap seharusnya matang dan dewasa pada usia di atas 20 tahun.

Demikian juga halnya dengan pendidikan. Kebayang kan, sepasang suami istri yang masih berseragam putih abu-abu, ribet tiap hari urusan sekolah, PR, ekskul, dan tetek bengek urusan rumah tangga? Belum lagi masalah ilmu yang dimiliki, misalnya untuk mendidik anak, merawat anak jika sakit dll. Nah lho. Itu sebabnya usia pernikahan minimal adalah ketika calon pengantin sudah beberapa lama lulus dari bangku SMA, kalau bisa sih sudah selesai kuliah atau paling tidak, sudah akan selesai.

Terus, yang namanya menikah dan berumah tangga itu kan perlu uang ya. Uang didapat dari bekerja. Nah, jika pasutri itu masih di bawah umur, bisa nggak mereka dapat pekerjaan yang layak? Susah deh kayaknya. Ada sih, paling-paling pekerjaan yang sifatnya freelance atau nonformal. Ya memang, nggak harus sudah bekerja tetap, tapi paling tidak, bisa tetap bekerja. 

Lah gimana mau tetap bekerja, kalau mencari pekerjaannya saja susah setengah mati, karena kepentok batasan usia? Misalnya kamu jago bikin website. Tapi kan klien yang akan datang padamu juga mikir, nih anak usianya baru segini, memang bisa dia kerjakan proyek saya, sementara jam terbangnya juga belum banyak? Kan lebih baik dia mengorder pada yang lebih senior dari kamu. Meski terdengar tidak fair, tapi itu berlaku lho di dunia kerja.

Jadi, pembatasan usia minimal menikah itu juga menyangkut masalah kemungkinan kesempatan bekerja yang sangat erat hubungannya dengan masalah finansial yang sangat penting dalam berumah tangga. Apalagi kalau istrinya keburu hamil, suami belum bekerja, waaa... alamat berantakan deh, kalau nggak kuat iman.

Pembatasan usia ini juga sangat berkaitan dengan kesehatan reproduksi kaum perempuan. Kan yang bertugas hamil dan melahirkan itu cewek alias perempuan alias istri. Pada usia di bawah 20, seorang perempuan pasti sudah siap secara biologis untuk hamil dan melahirkan. Bahkan segera setelah dia mendapatkan haid pertama, dia sudah siap. Tetapi di bawah usia 20 tahun, kondisi rahim dan alat reproduksi yang lain belum sekuat dan setangguh saat perempuan tersebut sudah melewati usia 20 tahun.

Salah satu penyebab tingginya kematian ibu dan bayi adalah kondisi rahim yang masih terlalu muda. Disamping itu, kehamilan dan kelahiran di usia ibu sangat muda sangat rentan menyebabkan kanker leher rahim (serviks) lho. Ngeri kan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun